ABSTRAK
Energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya. Energi
metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy sesungguhnya/murni.
Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi ekskreta. Energi
ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh yaitu runtuhan
sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak terserap, sisa
katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut mengandung energi yang
disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung energi yang disebut
dengan energi endogen. Energi metabolis yang memperhitungkan energi endogen
disebut energi metabolis sesungguhnya (Rarumangkay, 2015)
Kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga keberlangsungan hidup
ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup
untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (sofjan, 2010). Kebutuhan pakan
ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya.
(Dourado, 2010)
Pertumbuhan
yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan
penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka
hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita
dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam (Zulfanita 2011). PH,
udara dan kepadatan kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk
mencapai fungsi maksimal, kondisi harus di sesuaikan(Olenwaraju, 2010)
Uji
kecernaan di lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak.
Uji kecernaan pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross
enegi, protein kasar dan kelembapan ( Gianfelicci, 2011). Kandungan protein dan
mineral yang tinggi dalam pakan menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam
eksreta (Iyappan, 2011).
Sampel Eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari
untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta dilakukan selama
empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya secara komposit
selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan cara pengovenan
dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal (Widodo, 2013)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja
keras kami semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya laporan ini.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh
dari sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka
semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik
lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 20 Desember 2018
Tim penyusun
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ransum
merupakan pakan ternak yang terdiri dari kombinasi berbagai jenis
pakan disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama dua puluh
empat jam. Ransum disusun berdasarkan kebutuhan ternak sesuai dengan
tujuan produksi. Imbangan nutrien dalam ransum terutama
protein akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tulang,
sementara itu kandungan energi juga sangat penting dibutuhkan untuk
menunjang aktivitas ayam broiler tersebut. Penyusan ransum yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan tiap perdiode umur ayam dipenganrhi oleh nilai
gizi bahan makanan yang dipergunakan. Sedapat mungkin menggunakan bahan
yang mudah diperoleh, harga relatif murah dan kualitasnyamemenuhi syarat.
Indonesia
banyak bahan-bahan pakan utama yang digunakan untuk menyusun ransum ayam,
diaiitaranya dedak padi, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung
ikan, tepung onggok dan bahan sampingan lainnya. Protein adalah unsurpokok
alat tubuh dan jaringan lunak aneka ternak unggas. Zat tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan danbagian semua enzim dalam
tubuh Imbangan energi dan protein dalam ransum berpengaruh terhadap
pertumbuhan ayam broiler. Pertumbuhan penting untuk produksi daging
yang merupakan hasil utama pada ayam broiler. Ayam broilermemiliki
kebutuhan sesuai dengan fase pertumbuhannya. Kandungan energi yang sesuai
dengan kebutuhan nutrien ayambroiler fase finisher akan
menghasilkan produksi yang optimal, sejalan dengan kandungan protein.
Kandungan protein harus sesuai dengan kebutuhan akan protein dalam ransum
yang dikonsumsi. Asupan protein dipengaruhi oleh jumlah
konsumsi ransum. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kandungan energi
yang terdapat didalamnya.
Pengukuran
kandungan energi secara langsung pada ayam bertujuan untuk mengetahui nilai
energi metabolis bahan pakan ayam dengan tepat sebelum menyusun ransum jadi,
sehingga kandungan EM pada jenis ransum yang akan dikonsumsi ayam dapat
terpenuhi mentuut standar kebutuhan. Energi termetabolis (ME) energi kotor
dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari
pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari
campuran energi feses dan urin. Energi urin adalah energi kotor dari urin.
Energi urin ini berasal dari zat-zat makanan yang telah diabsorpsi tetapi
tidak mengalami oksidasi sempurna dan bahan endogenous yang terdapat dalam
urine.
1.2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan EM (Energi Metabolis) pada
ayam pedaging (broiler) ?
2.
Bagaimana cara menentukan EM pada ayam pedaging
(broiler) ?
3.
Bagaimana pengaruh pakan test dan basal terhadap EM
pada ayam pedaging (broiler)?
1.3.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui EM (Energi Metabolis) pada ayam pedaging (broiler).
2. Dapat menyusun
EM pada ayam pedaging (broiler)
3. Untuk
mengetahui pengaruh pakan test dan basal terhadap ekskreta pada ayam
pedaging (broiler)
BAB II PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan kami selama praktikum diperoleh bahwa dalam mengukur
suatu kecernaan pakan pada ternak unggas dapat ditentukan dengan melihat
kandungan protein dalam suatu bahan pakan yang sebagian dapat tercerna oleh
ternak tersebut. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan Co Faktor unutuk membantu proses
metabolisme protein yaitu bisa didapat dari vitamin dan mineral terutama
vitamin B12 sebagai Co Faktor. Sehingga bila metabolisme protein maksimal, maka
pertambahan bobot badan pada ternak tersebut signifikan. Pernyataan ini
didukung oleh (Situmorang, 2013) yang menyatakan bahwa efisiensi penggunaan
protein merupakan salah satu metode untuk menguji kualitas protein suatu bahan
pakan yang dinyatakan sebagai perbandingan pertambahan bobot badan dengan
konsumsi protein. Makin besar efisiensi penggunaan protein, menunjukkan makin
efisien seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah
pertambahan bobot badan. Kandungan mineral dan vitamin yang lengkap dan cukup
tinggi dari tepung rumput laut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan. Mineral dan vitamin merupakan co-enzym pada proses
metabolisme protein. Kecernaan bahan makanan yang tinggi menunjukkan sebagian
besar dari zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh
ternak.
Dalam suatu manajemen pemberian pakan diperoleh teori bahwa untuk
memberikan pakan maka ternak unggas pada setiap fase harus bisa beradaptasi
terlebih dahulu dengan lingkungan sekitarnya karena hal tersebut dapat
mempengaruhi sistem pencernaanya yang dapat berakibat tidak mampunya ternak
untuk melakukan mencerna pakan secara maksimal. Maka dibutuhkan energi yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan asupan pakan pada ternak. Hal tersebut digagas
oleh (Korver, 2010) bahwa selama beberapa minggu pertama kehidupan, ayam starter tidak mampu
mengatur asupan energi sesuai dengan konsentrasi energi dari pakan. Dibutuhkan
beberapa minggu untuk mengembangkan saluran pencernaan. Selama 8-10 minggu awal
, setiap peningkatan tingkat energi disertai dengan peningkatan pertumbuhan.
Ketika diberi pakan dalam bentuk remah, ayam starter mampu meningkatkan asupan
pakan mereka.
Kandungan suatu bahan pakan harus mencukupi sesuai kebutuhan hidup pokok
ternak yang dapat memberikan efek pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal.
Jika sebaliknya maka proses pertumbuhannya dapat terganggu. Begitu pula
produksi yang kurang maksimal. Pernyataan tersebut sesuai denagn penelitian
(sofjan, 2010) bahwa kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga
keberlangsungan hidup ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan
kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi.Kebutuhan pakan
ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya.
Untuk mengetahui kebutuhan protein
pada ternak unggas telah terpenuhi maka dalam hal ini dapat dilakukan uji
kecernaaan dengan cara mengoleksi ekskreta yang kemudian dilakukan uji gross
energi untuk mengetahui kadar nitrogen. Semakin besar kandungan nitrogen pada
ekskreta, maka kebutuhan protein pada ternak telah tercukupi. Hal serupa
dijelaskan oleh ( Gianfelicci, 2011) dan (Iyappan, 2011) bahwa uji kecernaan di
lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak. Uji kecernaan
pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross enegi, protein
kasar dan kelembapan Kandungan protein dan mineral yang tinggi dalam pakan
menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam eksreta.
Secara umum hal penting yang perlu
diketahui adalah mengenai manajemen pemeliharaan pada ternak yang harus
dikuasai oleh peternak meliputi manajemen pemberian pakan, sistem sanitas serta
ukuran dan kepadatan kandang. Hal tersebut dapat mempengaruhi sirkulasi udara
dan metabolisme pada masing-masing individu ternak. Penyataan ini sesuai pula
dengan (Zulfanita 2011) dan (Olenwaraju, 2010) menyatakan bahwa pertumbuhan
yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan
penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya
juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam
memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam PH, udara dan kepadatan
kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk mencapai fungsi maksimal,
kondisi harus di sesuaikan.
Sesuai dengan praktikum yang
dilakukan bahwa prosedur untuk mengetahui kadar protein yang telah dicerna
yaitu dengan mengumpulkan ekskteta kemudian dikeringkan dan di ambil sampel
yang akan dianalisis di laboratorium. Hal tersebut sesuai dengan (Widodo, 2013)
mengungkapkan bahwa sampel eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di
bawah sinar matahari untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta
dilakukan selama empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya
secara komposit selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan
cara pengovenan dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal.
Energi metabolis sesungguhnya diperoleh dari kandungan energi pada suatu
bahan pakan yang telah tercerna dan diserap oleh usus. Kemudian sisa energiyang
tidak terserap akan diekskresikan melalui urin. Sisa energi itulah yang disebut
tingkat kecernaan suatu energi pada ternak. Hal ini sesuai dengan (Rarumangkay,
2015) bahwa energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya.
Energi metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy
sesungguhnya/murni. Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi
ekskreta. Energi ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh
yaitu runtuhan sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak
terserap, sisa katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut
mengandung energi yang disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung
energi yang disebut dengan energi endogen. Energi metabolis yang
memperhitungkan energi endogen disebut energi metabolis sesungguhnya.
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Ayam broiler adalah ayam yang
efisien dalam menghasilkan daging, karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh
secara tepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging. Ayam
pedaging di Indonesia umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan berat antara
1,7- 2,0 kg. Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu
periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode finisher dengan umur lebih
dari 3 minggu.
2. Energi metabolis
(ME) merupakan energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh
tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi
ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin.
3. Ekskreta merupakan bahan campuran
hasil ekskresi tubuh yang berasal daripakan tidak tercerna dalam saluran
pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme. Jumlah dan komposisi ekskreta yang
diproduksi berbeda-beda tergantung jenis unggas, bobot badan, waktu pengambilan
ekskreta, jenis dan jumlah pakan, dan cuaca. Koleksi ekskreta dilakukan selama 7 hari dengan
pemberian pakan 2 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA
http://hardianti-jamaluddin.blogspot.com/2015/08/metabolisme-pada-unggas.html
0 comments:
Post a Comment