Saturday, 6 November 2021

Contoh laporan METABOLISME PADA UNGGAS NUTRISI TERNAK

 

ABSTRAK

 

 Energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya. Energi metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy sesungguhnya/murni. Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh yaitu runtuhan sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak terserap, sisa katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut mengandung energi yang disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung energi yang disebut dengan energi endogen. Energi metabolis yang memperhitungkan energi endogen disebut energi metabolis sesungguhnya (Rarumangkay, 2015)

Kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga keberlangsungan hidup ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (sofjan, 2010). Kebutuhan pakan ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya. (Dourado, 2010)

           Pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam (Zulfanita 2011). PH, udara dan kepadatan kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk mencapai fungsi maksimal, kondisi harus di sesuaikan(Olenwaraju, 2010)

Uji kecernaan di lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak. Uji kecernaan pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross enegi, protein kasar dan kelembapan ( Gianfelicci, 2011). Kandungan protein dan mineral yang tinggi dalam pakan menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam eksreta (Iyappan, 2011).

            Sampel Eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta dilakukan selama empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya secara komposit selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan cara pengovenan dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal (Widodo, 2013)

DAFTAR ISI

 

ABSTRAK.. 2

DAFTAR ISI. 3

KATA PENGANTAR.. 3

BAB I PENDAHULUAN.. 3

1.1.     Latar Belakang. 3

1.2.     Rumusan Masalah. 4

1.3.     Tujuan. 4

BAB II PEMBAHASAN.. 4

BAB III PENUTUP. 4

3.1.     Kesipulan. 4

DAFTAR PUSTAKA.. 4

 


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Metabolisme Ternak Unggas ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 20 Desember 2018 

 

 

Tim penyusun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

 

 

1.1.                        Latar Belakang

Ransum merupakan pakan ternak yang terdiri dari kombinasi berbagai jenis pakan disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama dua puluh empat jam. Ransum disusun berdasarkan kebutuhan ternak sesuai dengan tujuan produksi. Imbangan nutrien dalam ransum terutama protein  akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tulang, sementara itu kandungan energi juga sangat penting dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ayam broiler tersebut. Penyusan ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tiap perdiode umur ayam dipenganrhi oleh nilai gizi bahan makanan yang dipergunakan. Sedapat mungkin menggunakan bahan yang mudah diperoleh, harga relatif murah dan kualitasnyamemenuhi syarat.

Indonesia banyak bahan-bahan pakan utama yang digunakan untuk menyusun ransum ayam, diaiitaranya dedak padi, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung onggok dan bahan sampingan lainnya. Protein adalah unsurpokok alat tubuh dan jaringan lunak aneka ternak unggas. Zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan danbagian semua enzim dalam tubuh Imbangan energi dan protein dalam ransum berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam broiler. Pertumbuhan penting untuk produksi daging yang merupakan hasil utama pada ayam broiler. Ayam broilermemiliki kebutuhan sesuai dengan fase pertumbuhannya. Kandungan energi yang sesuai dengan kebutuhan nutrien ayambroiler fase finisher akan menghasilkan produksi yang optimal, sejalan dengan kandungan protein. Kandungan protein harus sesuai dengan kebutuhan akan protein dalam ransum yang dikonsumsi. Asupan protein dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kandungan energi yang terdapat didalamnya.

Pengukuran kandungan energi secara langsung pada ayam bertujuan untuk mengetahui nilai energi metabolis bahan pakan ayam dengan tepat sebelum menyusun ransum jadi, sehingga kandungan EM pada jenis ransum yang akan dikonsumsi ayam dapat terpenuhi mentuut standar kebutuhan. Energi termetabolis (ME) energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin. Energi urin adalah energi kotor dari urin. Energi urin ini berasal dari zat-zat makanan yang telah diabsorpsi tetapi tidak mengalami oksidasi sempurna dan bahan endogenous yang terdapat dalam urine.

 

 

1.2.                        Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan EM (Energi Metabolis) pada ayam  pedaging (broiler) ?

2.      Bagaimana cara menentukan EM pada ayam pedaging (broiler) ?

3.      Bagaimana pengaruh pakan test dan basal terhadap EM pada ayam pedaging (broiler)?

 

1.3.                        Tujuan

1.      Untuk mengetahui EM (Energi Metabolis) pada ayam  pedaging  (broiler).

2.      Dapat menyusun EM pada ayam pedaging (broiler)

3.      Untuk mengetahui pengaruh pakan test dan basal terhadap ekskreta pada ayam  pedaging (broiler) 

 


 

BAB II PEMBAHASAN

 

            Berdasarkan pengamatan kami selama praktikum diperoleh bahwa dalam mengukur suatu kecernaan pakan pada ternak unggas dapat ditentukan dengan melihat kandungan protein dalam suatu bahan pakan yang sebagian dapat tercerna oleh ternak tersebut. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan Co Faktor unutuk membantu proses metabolisme protein yaitu bisa didapat dari vitamin dan mineral terutama vitamin B12 sebagai Co Faktor. Sehingga bila metabolisme protein maksimal, maka pertambahan bobot badan pada ternak tersebut signifikan. Pernyataan ini didukung oleh (Situmorang, 2013) yang menyatakan bahwa efisiensi penggunaan protein merupakan salah satu metode untuk menguji kualitas protein suatu bahan pakan yang dinyatakan sebagai perbandingan pertambahan bobot badan dengan konsumsi protein. Makin besar efisiensi penggunaan protein, menunjukkan makin efisien seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertambahan bobot badan. Kandungan mineral dan vitamin yang lengkap dan cukup tinggi dari tepung rumput laut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Mineral dan vitamin merupakan co-enzym pada proses metabolisme protein. Kecernaan bahan makanan yang tinggi menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh ternak.

Dalam suatu manajemen pemberian pakan diperoleh teori bahwa untuk memberikan pakan maka ternak unggas pada setiap fase harus bisa beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan sekitarnya karena hal tersebut dapat mempengaruhi sistem pencernaanya yang dapat berakibat tidak mampunya ternak untuk melakukan mencerna pakan secara maksimal. Maka dibutuhkan energi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan asupan pakan pada ternak. Hal tersebut digagas oleh (Korver, 2010) bahwa selama beberapa minggu pertama kehidupan, ayam starter tidak mampu mengatur asupan energi sesuai dengan konsentrasi energi dari pakan. Dibutuhkan beberapa minggu untuk mengembangkan saluran pencernaan. Selama 8-10 minggu awal , setiap peningkatan tingkat energi disertai dengan peningkatan pertumbuhan. Ketika diberi pakan dalam bentuk remah, ayam starter mampu meningkatkan asupan pakan mereka.

Kandungan suatu bahan pakan harus mencukupi sesuai kebutuhan hidup pokok ternak yang dapat memberikan efek pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Jika sebaliknya maka proses pertumbuhannya dapat terganggu. Begitu pula produksi yang kurang maksimal. Pernyataan tersebut sesuai denagn penelitian (sofjan, 2010) bahwa kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga keberlangsungan hidup ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi.Kebutuhan pakan ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya.

Untuk mengetahui kebutuhan protein pada ternak unggas telah terpenuhi maka dalam hal ini dapat dilakukan uji kecernaaan dengan cara mengoleksi ekskreta yang kemudian dilakukan uji gross energi untuk mengetahui kadar nitrogen. Semakin besar kandungan nitrogen pada ekskreta, maka kebutuhan protein pada ternak telah tercukupi. Hal serupa dijelaskan oleh ( Gianfelicci, 2011) dan (Iyappan, 2011) bahwa uji kecernaan di lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak. Uji kecernaan pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross enegi, protein kasar dan kelembapan Kandungan protein dan mineral yang tinggi dalam pakan menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam eksreta.

Secara umum hal penting yang perlu diketahui adalah mengenai manajemen pemeliharaan pada ternak yang harus dikuasai oleh peternak meliputi manajemen pemberian pakan, sistem sanitas serta ukuran dan kepadatan kandang. Hal tersebut dapat mempengaruhi sirkulasi udara dan metabolisme pada masing-masing individu ternak. Penyataan ini sesuai pula dengan (Zulfanita 2011) dan (Olenwaraju, 2010) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam PH, udara dan kepadatan kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk mencapai fungsi maksimal, kondisi harus di sesuaikan.

Sesuai dengan praktikum yang dilakukan bahwa prosedur untuk mengetahui kadar protein yang telah dicerna yaitu dengan mengumpulkan ekskteta kemudian dikeringkan dan di ambil sampel yang akan dianalisis di laboratorium. Hal tersebut sesuai dengan (Widodo, 2013) mengungkapkan bahwa sampel eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta dilakukan selama empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya secara komposit selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan cara pengovenan dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal.

Energi metabolis sesungguhnya diperoleh dari kandungan energi pada suatu bahan pakan yang telah tercerna dan diserap oleh usus. Kemudian sisa energiyang tidak terserap akan diekskresikan melalui urin. Sisa energi itulah yang disebut tingkat kecernaan suatu energi pada ternak. Hal ini sesuai dengan (Rarumangkay, 2015) bahwa energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya. Energi metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy sesungguhnya/murni. Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh yaitu runtuhan sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak terserap, sisa katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut mengandung energi yang disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung energi yang disebut dengan energi endogen. Energi metabolis yang memperhitungkan energi endogen disebut energi metabolis sesungguhnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III PENUTUP

 

3.1.   Kesimpulan

1.      Ayam broiler adalah ayam yang efisien dalam menghasilkan daging, karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging. Ayam pedaging di Indonesia umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan berat antara 1,7- 2,0 kg. Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode finisher dengan umur lebih dari 3 minggu.

2.      Energi metabolis (ME) merupakan energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin.

3.      Ekskreta merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal daripakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme. Jumlah dan komposisi ekskreta yang diproduksi berbeda-beda tergantung jenis unggas, bobot badan, waktu pengambilan ekskreta, jenis dan jumlah pakan, dan cuaca. Koleksi   ekskreta dilakukan selama 7 hari dengan pemberian pakan 2 kali sehari.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://hardianti-jamaluddin.blogspot.com/2015/08/metabolisme-pada-unggas.html

 

 

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment