Thursday, 4 November 2021

Satwa Liar di RER : Biawak Air

 

Satwa Liar di RER : Biawak Air

 


Tahukah kalian tentang satwa yang bernama latin Varanus salvator? Satwa ini merupakan hewan sejenis Biawak yang berasal dari keluarga Varanidae, yang jumlah spesiesnya mencapai 80 jenis.

 

Hewan reptil yang biasa disebut Biawak Air ini, umumnya dapat ditemukan di sekitaran wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk salah satunya di Indonesia. Area Restorasi Ekosistem Riau (RER), merupakan wilayah di mana Biawak Air ini kerap kali menampakkan dirinya.

 

Biawak Air

Dikenal juga dengan nama Biawak Air

 

 

Biawak Air bisa memiliki panjang hingga 1,5 m, dengan berat hingga 50 kg. Spesies ini disebut sebagai kadal terberat kedua di dunia, setelah Komodo. Biasanya, Biawak Air jantan memiliki ukuran fisik yang lebih besar ketimbang yang betina.Biawak Air memiliki banyak variasi warna, namun normalnya hewan ini berwarna coklat gelap atau hitam, dengan beberapa titik kuning yang berada di sisi bawah badannya. Titik-titik tersebut secara bertahap akan menghilang seiring bertambahnya umur Biawak Air tersebut. Terdapat pula corak hitam dan kuning yang terbentang di bawah mata Biawak Air ini.Biawak Air ini tegolong dalam binatang yang cukup berotot, dengan memiliki leher yang sangat panjang, dan rahang yang sangat kuat. Ditambah lagi giginya yang seperti gerjaji dan cakarnya yang sangat tajam, membuat spesies ini mampu bertahan dan melawan ketika ada predator yang menyerangnya.Spesies ini juga termasuk dalam hewan yang cukup agresif dan tergolong dalam jenis karnivora yang ekstrim. Binatang ini memakan ikan, katak, tikus, burung, kepiting, ular, kura-kura dan buaya yang masih muda.

 

Biawak Air juga dikenal sebagai binatang “pemulung”. Ia akan memakan daging yang membusuk dari hewan yang sudah mati. Dengan tidak adanya spesies hewan pemakan bangkai seperti burung nasar yang hidup di hutan hujan tropis di Asia selatan, Biawak Air menjadi spesies yang memiliki peran penting dalam proses “pembersihan” hutan.

 

Ia memiliki indra penciuman yang sangat tajam dan mampu mencium bau bangkai dari kejauhan. Selain itu, indra penciumannya juga turut dibantu oleh lidahnya yang bercabang biru, yang juga mampu mendeteksi berbagai macam aroma, atau kurang lebih sama seperti ular.

 

Habitat yang paling disukai Biawak Air ini adalah kawasan hutan bakau, rawa dan lahan yang basah. Akan tetapi hewan ini juga dapat tinggal di berbagai macam habitat selain yang disebutkan di atas.

 

Biawak Air memiliki kemampuan berenang yang sangat baik, bahkan ia kerap menghabiskan malamnya di dalam air. Ia juga mampu memanjat pohon dengan menggunakan kaki dan cakarnya yang sangat kuat, meskipun jangkauannya tidak terlalu tinggi. Hewan ini juga mampu melompat dari pohon ke sungai untuk menghindari serangan predator yang mengancam.

 

Di sisi lain, Biawak Air yang masih muda jarang memanjat pohon, meskipun ia memiliki kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan ada banyak predator yang mengancam mereka di atas pohon tersebut, seperti burung pemangsa sejenis elang ular. Biawak Air muda justru lebih merasa aman untuk tinggal di dalam sarangnya sendiri atau cekungan-cekungan yang berada di sela-sela akar pohon.

 

Kehadiran manusia di sekitaran Biawak Air bukanlah sebuah ancaman, karena menurut observasi yang telah dilakukan, Biawak Air dapat hidup dan beradaptasi di area lahan pertanian.

 

Musim kawin untuk spesies ini dimulai pada bulan April hingga Oktober. Biawak Air betina dapat menghasilkan hingga 40 telur per tahunnya. Biasanya ia meletakkan telur tersebut di gundukan rayap yang tersedia di sekitar sarangnya. Telur tersebut juga biasa disimpan di lubang yang dibuatnya sendiri.

 

Biawak Air merupakan salah satu jenis kadal yang paling sering diekspor dari Asia tenggara. Dengan kata lain, salah satu hal yang mengancam kepunahan spesies ini adalah perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan jual beli satwa liar.

 

Mengapa Biawak Air diburu? Karena kulit mereka kerap digunakan untuk menjadi bahan utama pembuatan sepatu, ikat pinggang, dan tas tangan. Sementara itu, daging mereka juga dapat dimakan dan lemaknya dipercaya dapat digunakan untuk pengobatan tradisional.

 

Meskipun demikian, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), Biawak Air menyandang status konservasi Least Concern (LC) atau memiliki tingkat resiko kepunahan yang cukup rendah, karena jumlahnya yang dianggap masih cukup melimpah.

 

Biawak Air juga termasuk dalam satwa yang dilindungi oleh hukum di Indonesia, dan terdaftar di daftar kedua yang dirilis oleh CITES (Convention on the International Trade of Endangered Species), yaitu sebuah perjanjian internasional antara negara-negara yang mengatur perdagangan internasional hewan liar dan tanaman langka.

 

Spesies yang termasuk dalam CITES II adalah spesies yang tidak terancam punah, akan tetapi perdagangannya harus dikontrol agar dapat bertahan hidup.

 

Biawak Air adalah salah satu dari 107 spesies reptil dan binatang amfibi yang telah diidentifikasi berada di dalam kawasan RER.

     

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment