Satwa Liar di RER : Biawak Air
Tahukah kalian tentang satwa yang bernama latin Varanus
salvator? Satwa ini merupakan hewan sejenis Biawak yang berasal dari keluarga
Varanidae, yang jumlah spesiesnya mencapai 80 jenis.
Hewan reptil yang biasa disebut Biawak Air ini, umumnya
dapat ditemukan di sekitaran wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk
salah satunya di Indonesia. Area Restorasi Ekosistem Riau (RER), merupakan
wilayah di mana Biawak Air ini kerap kali menampakkan dirinya.
Biawak Air
Dikenal juga dengan nama Biawak Air
Biawak Air bisa memiliki panjang hingga 1,5 m, dengan berat
hingga 50 kg. Spesies ini disebut sebagai kadal terberat kedua di dunia,
setelah Komodo. Biasanya, Biawak Air jantan memiliki ukuran fisik yang lebih
besar ketimbang yang betina.Biawak Air memiliki banyak variasi warna, namun
normalnya hewan ini berwarna coklat gelap atau hitam, dengan beberapa titik
kuning yang berada di sisi bawah badannya. Titik-titik tersebut secara bertahap
akan menghilang seiring bertambahnya umur Biawak Air tersebut. Terdapat pula
corak hitam dan kuning yang terbentang di bawah mata Biawak Air ini.Biawak Air
ini tegolong dalam binatang yang cukup berotot, dengan memiliki leher yang
sangat panjang, dan rahang yang sangat kuat. Ditambah lagi giginya yang seperti
gerjaji dan cakarnya yang sangat tajam, membuat spesies ini mampu bertahan dan
melawan ketika ada predator yang menyerangnya.Spesies ini juga termasuk dalam
hewan yang cukup agresif dan tergolong dalam jenis karnivora yang ekstrim.
Binatang ini memakan ikan, katak, tikus, burung, kepiting, ular, kura-kura dan
buaya yang masih muda.
Biawak Air juga dikenal sebagai binatang “pemulung”. Ia akan
memakan daging yang membusuk dari hewan yang sudah mati. Dengan tidak adanya
spesies hewan pemakan bangkai seperti burung nasar yang hidup di hutan hujan
tropis di Asia selatan, Biawak Air menjadi spesies yang memiliki peran penting
dalam proses “pembersihan” hutan.
Ia memiliki indra penciuman yang sangat tajam dan mampu
mencium bau bangkai dari kejauhan. Selain itu, indra penciumannya juga turut
dibantu oleh lidahnya yang bercabang biru, yang juga mampu mendeteksi berbagai
macam aroma, atau kurang lebih sama seperti ular.
Habitat yang paling disukai Biawak Air ini adalah kawasan
hutan bakau, rawa dan lahan yang basah. Akan tetapi hewan ini juga dapat
tinggal di berbagai macam habitat selain yang disebutkan di atas.
Biawak Air memiliki kemampuan berenang yang sangat baik,
bahkan ia kerap menghabiskan malamnya di dalam air. Ia juga mampu memanjat
pohon dengan menggunakan kaki dan cakarnya yang sangat kuat, meskipun
jangkauannya tidak terlalu tinggi. Hewan ini juga mampu melompat dari pohon ke
sungai untuk menghindari serangan predator yang mengancam.
Di sisi lain, Biawak Air yang masih muda jarang memanjat
pohon, meskipun ia memiliki kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan ada banyak
predator yang mengancam mereka di atas pohon tersebut, seperti burung pemangsa
sejenis elang ular. Biawak Air muda justru lebih merasa aman untuk tinggal di
dalam sarangnya sendiri atau cekungan-cekungan yang berada di sela-sela akar
pohon.
Kehadiran manusia di sekitaran Biawak Air bukanlah sebuah
ancaman, karena menurut observasi yang telah dilakukan, Biawak Air dapat hidup
dan beradaptasi di area lahan pertanian.
Musim kawin untuk spesies ini dimulai pada bulan April
hingga Oktober. Biawak Air betina dapat menghasilkan hingga 40 telur per
tahunnya. Biasanya ia meletakkan telur tersebut di gundukan rayap yang tersedia
di sekitar sarangnya. Telur tersebut juga biasa disimpan di lubang yang
dibuatnya sendiri.
Biawak Air merupakan salah satu jenis kadal yang paling
sering diekspor dari Asia tenggara. Dengan kata lain, salah satu hal yang
mengancam kepunahan spesies ini adalah perburuan yang dilakukan oleh manusia
untuk kepentingan jual beli satwa liar.
Mengapa Biawak Air diburu? Karena kulit mereka kerap
digunakan untuk menjadi bahan utama pembuatan sepatu, ikat pinggang, dan tas
tangan. Sementara itu, daging mereka juga dapat dimakan dan lemaknya dipercaya
dapat digunakan untuk pengobatan tradisional.
Meskipun demikian, menurut International Union for
Conservation of Nature (IUCN), Biawak Air menyandang status konservasi Least
Concern (LC) atau memiliki tingkat resiko kepunahan yang cukup rendah, karena
jumlahnya yang dianggap masih cukup melimpah.
Biawak Air juga termasuk dalam satwa yang dilindungi oleh
hukum di Indonesia, dan terdaftar di daftar kedua yang dirilis oleh CITES
(Convention on the International Trade of Endangered Species), yaitu sebuah
perjanjian internasional antara negara-negara yang mengatur perdagangan
internasional hewan liar dan tanaman langka.
Spesies yang termasuk dalam CITES II adalah spesies yang
tidak terancam punah, akan tetapi perdagangannya harus dikontrol agar dapat
bertahan hidup.
Biawak Air adalah salah satu dari 107 spesies reptil dan
binatang amfibi yang telah diidentifikasi berada di dalam kawasan RER.
0 comments:
Post a Comment