1.1 Latar Belakang
Kabupaten Badung adalah
sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali yang dulunya ibu kota dari
kabupaten tersebut terletak di Denpasar namun sudah mengalami pemindahan
sehingga saat ini berada di Mengwi. Secara geografis, wilayah ini terletak
membujur dari Utara ke Selatan yang bisa dikatakan hampir berada
ditengah-tengah Pulau Bali. Titik koordinat dari Kabupaten Badung antara lain
adalah 08014’17”-08005’57’LS, 115005’02”-115015’09”BT
sedangkan untuk batas wilayahnya adalah Kabupatan Buleleng di sebelah Utara,
Kabupaten Tabanan di Barat dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di
sebelah Timur. Wilayah ini termasuk salah satu wilayah yang sudah maju sektor
perikanannya namun sektor budidaya yang dilaksanakan masih dalam lingkup sektor
budidaya air tawar. Oleh sebab itu, hasil dari budidaya tersebut masih sangat
terbatas mengingat musim kemarau yang sedang melanda di sebagian besar wilayah
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, akan sangat menguntungkan apabila
dilakukan studi lebih lanjut mengenai usaha budidaya keramba ikan di perairan
laut karena kabupaten tersebut memiliki cakupan wilayah laut yang luas. Hal ini
akan terealisasi dengan baik apabila ilmu tentang kelautan dikuasai dengan baik
terlebih dahulu.
Bidang ilmu yang mempelajari
tentang ruang lingkup kelautan adalah oseanografi. Secara sederhana isitilah
dari oseanografi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari semua tentang aspek
yang berhubungan dengan laut yang meliputi antara lain tumbuhan dan binatang
laut. Selain itu, oseanografi juga sering diartikan sebagai suatu gambaran atau
deskripsi umum tentang laut. Gambaran atau deskripsi tentang laut yang biasa
dibahas dalam bidang oseanografi antara lain adalah eksplorasi (pembelajaran)
ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya seperti El-Niño Southern
Oscillation (ENSO), fenomena kolam air hangat/dingin di Samudera Hindia bagian
timur barat Sumatra yang berkaitan dengan fenomena Dipole Samudera Hindia atau
biasa disebut sebagai Indian Ocean Dipole (IOD). Oleh karena hal-hal tersebut
maka sangat diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai oseanografi terlebih
bagi para pembudidaya yang akan membuka lahan di periaran laut. Pengertian dari
laut sendiri, yaitu merupakan salah satu bagian dari hidrosfer dari bumi.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang
disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang
disebut atmosfer.
Oleh karena permasalahan di
atas, perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pengumpulan data yang
berhubungan langsung dengan oseanografi guna mempertimbangkan hal-hal yang
perlu diperhatikan saat akan melakukan kegiatan bidadaya dengan karamba di
laut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
antara lan adalah:
1. Bagaimana kondisi angin di perairan yang
akan dijadikan titik lokasi dari karamba budidaya?
2
Bagaimana kondisi gelombang air laut
dari perairan yang akan dijadikan titik lokasi dari karamba budidaya?
3.
Bagaimana hasil perhitungan gaya yang
bekerja terhadap rancangan KJA yang akan ditempatkan di titik lokasi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan analisis mikro oseanografi untuk
karamba budidaya di Kabupaten Badung ini antara lain adalah mengetahui kondisi perairan
wilayah tersebit cocok atau tidak dijadikan tempat budidaya ikan dengan sistem
KJA.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Definisi
Definisi dari keramba jaring apung (KJA) menurut Kadir
(2010), yaitu salah satu wadah atau tempat budidaya perairan yang biasa
ditempatkan di bagan air bagian dalam seperti waduk, danau dan laut. Pemilihan
sistem KJA pada perairan yang dalam seperti waduk, danau dan laut sudah banyak
diterapkan oleh para pembudidaya karena penerapan sistem ini cukup ideal. Keramba
jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan
sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara
pada keramba jaring apung. Lokasi yang dapat
dipilih oleh para pembudidaya yang akan melakukan budidaya atau pemeliharaan
ikan dalam KJA, yaitu perairan yang relatif tenang, terhindar dari badai dan
mudah dijangkau.
Salah satu komoditas periaran laut yang sudah
dibudidayakan dalam sistem KJA adalah ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Ikan kerapu sunu tersebar luas dari
wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk
Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan
Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika.
Klasifikasi ikan kerapu sunu menurut (Cholik, 2005) sebagai berikut.
Phylum :
Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
Class :
Osteichtyes
Sub Class :
Neopterygii
Ord :
Percomorphi
Sub Ordo :
Percoidea
Family :
Serranidae
Sub Family :
Ephinephelinae
Genus :
Plectropomus
Spesies :
Plectropomus leopardus
2.2 Faktor Oseanografi
Dijkstra (2008)
menjelaskan bahwa faktor oseanografi seperti angina, arus, pasang surut dan
gelombang merupakan parameter penting dalam dinamika perairan yang memberikan
pengaruh terhadap wilayah serta segala kegiatan budidaya yang dilakukan di
daerah pesisir dan laut. Oleh karena itu, perlu didukung dan pembelajaran baru
mengenai informasi tentang pola angin, arus, pasang surut dan gelombang sebagai
informasi untuk menunjang aktivitas budidaya karamba di laut.
2.2.1 Angin
Angin laut atau yang
biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah
daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan
sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara
daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap
kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut
yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan
rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena
awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan (Simpson, 1994).
2.2.2 Gelombang
Gelombang laut merupakan
salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai.
Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu
air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah
atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara
lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan
sedimen yang masuk dan keluar. Gelombang yang terjadi di lautan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya
pembangkit tersebut terutama berasal dari angin, dari gaya tarik menarik bumi,
bulan dan matahari atau yang disebut dengan gelombang pasang surut.
2.2.3 Pasang Surut
Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik
gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum
gravitasi Newton menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama
lain dan gaya ini tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa
tersebut. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa
meskipun massa bulan lebih kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi
jauh lebih kecil, sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih
besar dibanding matahari terhadap bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan
pasang air laut sangat berbelit-belit, sebab gerakan tersebut tergantung pula
pada rotasi bumi, angin, arus laut dan keadaankeadaan lain yang bersifat setempat.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Wardiyatmoko &
Bintarto,1994).
2.2.4 Arus
Arus laut adalah gerakan
massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya,
energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi
yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan
angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi.
Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin
merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain
gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut. Secara
sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari satu tempat ke
tempat lain. Pasang surut merupakan gerak fluktuasi massa air secara periodik
dan harmonik, yang disebabkan oleh adanya gaya tarik benda-benda langit
terutama matahari dan bulan terhadap bumi (Park, 2006).
2.3 Keramba jaring apung
Definisi dari keramba jaring apung (KJA) menurut Kadir
(2010), yaitu salah satu wadah atau tempat budidaya perairan yang biasa
ditempatkan di bagan air bagian dalam seperti waduk, danau dan laut. Pemilihan
sistem KJA pada perairan yang dalam seperti waduk, danau dan laut sudah banyak
diterapkan oleh para pembudidaya karena penerapan sistem ini cukup ideal. Keramba
jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan
sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara
pada keramba jaring apung. Lokasi yang dapat
dipilih oleh para pembudidaya yang akan melakukan budidaya atau pemeliharaan
ikan dalam KJA, yaitu perairan yang relatif tenang, terhindar dari badai dan
mudah dijangkau.
2.3.1 Bahan Konstruksi KJA
Kontruksi KJA menggunakan besi dan bambu sebagai
kerangka, drum sebagai pelampung dan untuk pemberat digunakan batu, beton atau
jangkar besi. Ketepatan dalam penggunaan pemberat dan pelampung sangat
mempengaruhi keseimbangan pada kontruksi keramba. Oleh sebab itu diperlukan
perhitungan teknis mengenai kontruksi keramba. Jaring yang dipasang dalam
keramba jaring apung terdiri dari dua jenis, yaitu happa dan polyetilene multifilament. Polyetilene digunakan sebagai jaring
tingkat pertama dengan mesh size1,5 inchi sedangkan happa dipasang sebagai
jaring tingkat kedua dengan mesh size 0,42 cm. Fungsi penggunaan pemberat besi
dapat meminimalisir resiko penggantian pemberat dari batu. Tali yang digunakan
untuk mengikat pelampung, rakit bambu, tali ris dan tali jangkar adalah tali
tambang plastic (PE).
2.3.2 Stabilitas KJA
terhadap Gelombang
Informasi spasial dari ombak pecah sangat penting bagi
sistem budidaya KJA karena akan memperlihatkan perbedaan lebar dari surf zone. Kondisi surf zone yang lebih lebar (jauh dari garis pantai) menunjukkan
lokasi di mana terjadi redaman energi yang lebih besar sehingga menciptakan
daerah yang cukup aman untuk kegiatan budidaya, sedangkan jika surf zone-nya lebih sempit dan terjadi
dekat atau pada garis pantai dapat menjadi indikator akan terjadi propagasi
lebih lanjut melewati garis pantai dengan lepasan energi yang lebih destruktif
(Horikawa, 1988).
Konvergensi ombak pada suatu wilayah teluk menandakan
adanya konsentrasi ombak atau konsentrasi energi yang harus dihindari karena
efeknya sangat destruktif baik untuk bangunan yang dilewati (unit KJA) maupun
untuk daratan yang dituju. Sedangkan divergensi merupakan petunjuk lokasi di
mana terjadi pengurangan energi ombak sehingga juga merupakan pentunjuk awal
mengenai lokasi yang aman untuk penempatan unit KJA. Seperti halnya lokasi
ombak pecah, refraksi ombak ini merupakan informasi penting mengenai pola arus
pantai, angkutan sedimen dan morfologi pantai yang juga merupakan informasi
penting dalam manajemen budidaya KJA (Pethick, 1984).
2.3.3 Defleksi Keramba
Defleksi/lendutan adalah perubahan bentuk pada balok
dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada batang
material. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai
dengan bahan material dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai
kurva elastis dari balok. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi
balok. Dalam menerapkan konsep ini kadang kita harus menentukan defleksi pada
setiap nilai x disepanjang material. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk
persamaan yang sering disebut persamaan defleksi kurva (kurva elastis) dari
material.
III.
METODE
3.1 Lokasi KJA
Lokasi yang dijadikan sebagai penempatan KJA adalah
Kabupaten Badung, Bali. Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak
di provinsi Bali yang dulunya ibu kota dari kabupaten tersebut terletak di
Denpasar namun sudah mengalami pemindahan sehingga saat ini berada di Mengwi.
Secara geografis, wilayah ini terletak membujur dari Utara ke Selatan yang bisa
dikatakan hampir berada ditengah-tengah Pulau Bali. Titik koordinat dari
Kabupaten Badung antara lain adalah 08014’17”-08005’57’LS,
115005’02”-115015’09”BT sedangkan untuk batas wilayahnya
adalah Kabupatan Buleleng di sebelah Utara, Kabupaten Tabanan di Barat dan
Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah Timur.
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Angin
Data angin daerah Kabupaten Badung, Bali diperoleh
dari website Badan Meteorologi Dan Geofisika Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi Dan Geofisika Wilayah III yang secara langsung bertugas memantau
situasi dan kondisi terkini serta perkiraan cuaca daerah Kabuoaten Badung.
Selain itu, mereka juga menyediakan layanan jasa informasi secara gratis untuk
masyarakat sekitar perihal perkiraan cuaca yang terjadi serta yang akan terjadi
pada hari itu.
3.2.2 Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya
gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa
air laut di bumi. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan muka air terendah
(surut) sangat penting untuk perencanaan bangunan pantai. Pasang-surut laut
merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan
ke arah luar pusat rotasi. Gerakan pasang air laut sangat berbelit-belit, sebab
gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan
keadaankeadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air
laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
3.2.3 Arus
Arus laut adalah gerakan
massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya,
energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya
perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan
energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus
laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh
muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain.
3.2.5 Keramba Jaring Apung
Jenis bahan yang digunakan untuk
karamba yang akan di pasang pada perairan Kabupaten Badung, Bali adalah jaring
berbahan dasar happa dan High Density Polyetilene
(HDPE). Bahan dasar jaring dipilih berbahan dasar HDPE karena jaring berbahan
dasar ini cukup kuat namun lentur. Polyetilene
digunakan sebagai jaring tingkat pertama dengan mesh size1,5 inc sedangkan
happa dipasang sebagai jaring tingkat kedua dengan mesh size 0,42 cm. Massa
dari jaring yang digunakan adalah 2,3-61 kg/m dan memiliki daya tahan semalam
20 tahun. Diameter pelampung yang digunakan sebesar 1,3 meter dan massa dari
jagkar yang digunakan berkisar 1.053 kg sedangkan panjang, lebar dan kedalaman
dari keramba yang dipasang masing-masing adalah 3,5 meter. Selain itu, detail
bahan dari KJA antara lain adalah soliditas (Sn) sebesar 0,30; jarak pelampung
ke keramba 2 meter; mooring line 30 meter; total panjang mooring line 32 meter; alpha yang terbentuk sebesar 18,640
; koefisien geser dalam pasir sebesar 0,5; dan kecepatan arus sebesar 2 m/s;
volume anchor diam 2410 m3; volume anchor minimum 300 m3;
massa tiap-tiap anchor 343,67 kg dan volume pelampung yang digunakan seberat
211 m3.
Konstruksi pemasangan dan tata letak KJA anatar
lain sebagai berikut.
Spesifikasi Bahan
Apung KJA |
|
Bahan |
High Density Polyethilene
(HDPE) |
Diameter luar |
25 cm |
Panjang tiap alat
apung |
350 cm |
Warna |
Biru cerah |
Lain-lain |
Pattern anti-slip
dengan ketinggian 1,5 mm |
Spesifikasi Jaring KJA |
|
Bahan |
High Density
Polyethilene (HDPE) anti UV |
Kategori Net |
Tanpa simpul (knotless) |
Bentuk |
Diamond |
Mesh size |
1,5 inc |
3.3 Analisis Data
3.3.1 Angin
Angin laut atau yang
biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah
daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan
sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara
daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap
kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut
yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan
rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena
awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan.
Fetch efektif akan
digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk mengetahui tinggi, durasi dan
periode gelombang. Fetch rata-rata efektif dihitung dengan persamaan berikut
ini.
3.2.2 Gelombang
Gelombang laut merupakan
salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai.
Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu
air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah
atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara
lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan
sedimen yang masuk dan keluar. Perhitungan gelombang dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
3.2.3 Pengaruh Oseanografi
terhadap KJA
3.2.3.1 Defleksi KJA
Defleksi/lendutan adalah perubahan bentuk pada balok
dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada batang
material. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai
dengan bahan material dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Dalam penentuan nilai defleksi KJA dapat menggunakan rumus berikut.
![]() |
Keterangan:
![]() |
3.2.3.2 Reduksi Arus
Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi
yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan
angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi.
Dengan adanya fenomena tersebut maka terjadilah reduksi arus yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
3.2.3.3 Perhitungan arus
terhadap Jaring
Arus laut adalah gerakan massa air
dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Selain itu, adanya
arus juga disebabkan oleh adanya perbedaan denssitas massa air laut, tiupan
angina yang terjadi secara terus menerus di atas permukaan laut serta adanya
proses pasang surut air laut. Dengan adanya arus di dalam perairan tentulah
akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya yang ada disekitarnya
terutama terhadap jaring. Perhitungan arus terhadap jaring dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
3.2.3.4 Perhitungan
Gelombang
Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan
dengan mengurutkan tinggi gelombang yang dimulai dari gelombang tertinggi
hingga terendah yang terjadi setiap tahunnya. Tinggi gelombang signifikan untuk
berbagai periode ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan
rumus sebagai berikut dengan  dan B adalah perkiraan dari parameter skala dan
lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear atau perhitungan dapat
dilakaukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
3.2.3.5 Perhitungan
Penambatan
Kata
penambatan berarti penyambungan dan rumus yang digunakan untuk meghitung
penambatan dalam kegiatan karamba budidaya antara lain sebagai berikut.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Angin
Angin laut atau yang
biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah
daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan
sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara
daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap
kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut
yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan
rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena
awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan. Fetch efektif
akan digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk mengetahui tinggi, durasi
dan periode gelombang.
Berikut ini adalah hasil
perhitungan fetch efektif dari daerah Kabupaten Badung.
PERHITUNGAN FETCH EFEKTIF |
|
Arah Angin |
Fetch Efektif (km) |
Barat Laut |
98 |
Utara |
625 |
Barat Laut |
172 |
Barat Daya |
5 |
Grafik 1. Angin
Barat Grafik 2. Angin Timur
Grafik 3. Peralihan
1 Grafik
4. Peralihan 2
4.2 Gelombang
Gelombang laut merupakan
salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai.
Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu
air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah
atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara
lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan
sedimen yang masuk dan keluar. Gelombang yang terjadi di lautan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya
pembangkit tersebut terutama berasal dari angin, dari gaya tarik menarik bumi,
bulan dan matahari atau yang disebut dengan gelombang pasang surut
Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan
dengan mengurutkan tinggi gelombang yang dimulai dari gelombang tertinggi
hingga terendah yang terjadi setiap tahunnya. Tinggi gelombang signifikan untuk
berbagai periode ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan
rumus sebagai berikut dengan  dan B adalah perkiraan dari parameter skala dan
lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear
4.3 Perhitungan Gaya yang
bekerja terhadap KJA
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka
diperoleh sebagai berikut.
Tabel 1. Perhitungan Gaya
yang Bekerja
GAYA GAYA YANG BEKERJA |
NILAI |
SATUAN |
Ket |
Faktor reduksi |
0,74 |
|
j |
Koefisien geser normal |
0,64 |
|
|
Koefisien geser
pararel |
0,04 |
|
|
Jumlah cage pararel
(n) |
3 |
Buah |
|
Jumlah cage normal
(m) |
4 |
Buah |
|
Lebar cage (B) |
3,5 |
m |
|
Panjang cage(L) |
3,5 |
m |
|
Kedalaman (D) |
3,5 |
m |
|
Kecepatan Arus air |
2 |
m/s |
|
Gaya geser normal |
48,8 |
kN |
k |
Gaya geser pararel |
3,7 |
kN |
l |
Gaya geser total |
52,6 |
kN |
m |
Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa besar gaya
geser normal yang bekerja pada KJA sebesar 48,8 kN. Nilai gaya geser parallel
yang bekerja pada KJA bernilai lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai
gaya geser naormal yang bekerja, yaitu sebear 3,7 kN sedangkan nilai untuk gaya
geser total sebesar 52,6 kN. kecepatan arus aur laut turut mempengaruhi
besarnya nilai gaya yang bekerja pada KJA. Setelah dilakukan perhitungan,
diketahui bahwa besarnya kecepatan arus air laut sebesar 2 m/s. kedalaman dari
KJA yang dibuat hanya berkisar 3,5 meter dan panjang 3,5 meter seerta lebar 3,5
meter dengan jumlah cage normal
sebanyak 4 buah.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan penjelasan yang
telah dibahas di atas, maka dapat disimpulakn bahwa perairan laut Kabupaten
Badung memenuhi kriteria untuk dijadikan wilayahbudidaya dengan sistem KJA dan
komoditas ikan yang dibudidayakan yang paling cocok adalah ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus)
DAFTAR
PUSTAKA
Cholik, R.W.G. 2005. Coastal Environments : an introduction to
the physical, ecological and cultural systems of coastlines. Academic
Press. London, 617 pp.
Dijkstra, Salmun. 2008. Progress in Modelling the Impact of Land Use
Change on the Global Climate. Department of Geography, Hunter College of
the City University of New York. New York, 20 pp.
Horikawa, K. 1988. Nearshore Dynamics
and Coastal Processes. University of Tokyo Press. Tokyo, 522 pp.
Kadir, Ahmad. 2010. Karakteristik Ombak Pada Musim Barat di
Pesisir Tanjung Bunga: Suatu Pra-Studi Tentang Laju Sedimentasi dan Difusi
Material. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar, 52 hlm.
Park, Ebershole.2006. “Regional Coastal Numerical Modeling System
1: RCPWAVE - A Linear Wave Propagation Engineering Use. In Coastal Engineering Technical Note.
Vicksburg, MS: Army Engineer Waterways Experiment Station, 5 pp.
Pethick, J. 1984. An Introduction to Coastal Geomorphology. Edward Arnold Ltd.
London, 260 pp.
Wardiyanto, Bakosurtanal., Bintaro, S.
1994. Seri Peta Rupa Bumi Indonesia. Coastal
Aquaculture Engineering. Jakarta.
Simpson, Bose., A.N., Ghosh, S.N.,
Yang, C.T. 1994. Our changing planet.
Climate Change Science Program. Coastal Aquaculture Engineering. New York:
Edward Arnold, 240 pp.
0 comments:
Post a Comment