Thursday, 4 November 2021

ANALISIS MIKRO OSEANOGRAFI UNTUK KARAMBA BUDIDAYA DI PERAIRAN KABUPATEN BADUNG BALI

 

 

 

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali yang dulunya ibu kota dari kabupaten tersebut terletak di Denpasar namun sudah mengalami pemindahan sehingga saat ini berada di Mengwi. Secara geografis, wilayah ini terletak membujur dari Utara ke Selatan yang bisa dikatakan hampir berada ditengah-tengah Pulau Bali. Titik koordinat dari Kabupaten Badung antara lain adalah 08014’17”-08005’57’LS, 115005’02”-115015’09”BT sedangkan untuk batas wilayahnya adalah Kabupatan Buleleng di sebelah Utara, Kabupaten Tabanan di Barat dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah Timur. Wilayah ini termasuk salah satu wilayah yang sudah maju sektor perikanannya namun sektor budidaya yang dilaksanakan masih dalam lingkup sektor budidaya air tawar. Oleh sebab itu, hasil dari budidaya tersebut masih sangat terbatas mengingat musim kemarau yang sedang melanda di sebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, akan sangat menguntungkan apabila dilakukan studi lebih lanjut mengenai usaha budidaya keramba ikan di perairan laut karena kabupaten tersebut memiliki cakupan wilayah laut yang luas. Hal ini akan terealisasi dengan baik apabila ilmu tentang kelautan dikuasai dengan baik terlebih dahulu.

Bidang ilmu yang mempelajari tentang ruang lingkup kelautan adalah oseanografi. Secara sederhana isitilah dari oseanografi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari semua tentang aspek yang berhubungan dengan laut yang meliputi antara lain tumbuhan dan binatang laut. Selain itu, oseanografi juga sering diartikan sebagai suatu gambaran atau deskripsi umum tentang laut. Gambaran atau deskripsi tentang laut yang biasa dibahas dalam bidang oseanografi antara lain adalah eksplorasi (pembelajaran) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya seperti El-Niño Southern Oscillation (ENSO), fenomena kolam air hangat/dingin di Samudera Hindia bagian timur barat Sumatra yang berkaitan dengan fenomena Dipole Samudera Hindia atau biasa disebut sebagai Indian Ocean Dipole (IOD). Oleh karena hal-hal tersebut maka sangat diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai oseanografi terlebih bagi para pembudidaya yang akan membuka lahan di periaran laut. Pengertian dari laut sendiri, yaitu merupakan salah satu bagian dari hidrosfer dari bumi. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer.

Oleh karena permasalahan di atas, perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan oseanografi guna mempertimbangkan hal-hal yang perlu diperhatikan saat akan melakukan kegiatan bidadaya dengan karamba di laut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lan adalah:

1.    Bagaimana kondisi angin di perairan yang akan dijadikan titik lokasi dari karamba budidaya?

2     Bagaimana kondisi gelombang air laut dari perairan yang akan dijadikan titik lokasi dari karamba budidaya?

3.    Bagaimana hasil perhitungan gaya yang bekerja terhadap rancangan KJA yang akan ditempatkan di titik lokasi?

 

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan analisis mikro oseanografi untuk karamba budidaya di Kabupaten Badung ini antara lain adalah mengetahui kondisi perairan wilayah tersebit cocok atau tidak dijadikan tempat budidaya ikan dengan sistem KJA.


II TINJAUAN PUSTAKA

 

 

2.1 Klasifikasi dan Definisi

Definisi dari keramba jaring apung (KJA) menurut Kadir (2010), yaitu salah satu wadah atau tempat budidaya perairan yang biasa ditempatkan di bagan air bagian dalam seperti waduk, danau dan laut. Pemilihan sistem KJA pada perairan yang dalam seperti waduk, danau dan laut sudah banyak diterapkan oleh para pembudidaya karena penerapan sistem ini cukup ideal. Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara pada keramba  jaring apung. Lokasi yang dapat dipilih oleh para pembudidaya yang akan melakukan budidaya atau pemeliharaan ikan dalam KJA, yaitu perairan yang relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.

Salah satu komoditas periaran laut yang sudah dibudidayakan dalam sistem KJA adalah ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Ikan kerapu sunu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Klasifikasi ikan kerapu sunu menurut (Cholik, 2005) sebagai berikut.

Phylum                 : Chordata

Sub Phylum         : Vertebrata

Class                    : Osteichtyes

Sub Class             : Neopterygii

Ord                       : Percomorphi

Sub Ordo             : Percoidea

Family                  : Serranidae

Sub Family           : Ephinephelinae

Genus                  : Plectropomus 

Spesies                : Plectropomus leopardus

 

2.2 Faktor Oseanografi

Dijkstra (2008) menjelaskan bahwa faktor oseanografi seperti angina, arus, pasang surut dan gelombang merupakan parameter penting dalam dinamika perairan yang memberikan pengaruh terhadap wilayah serta segala kegiatan budidaya yang dilakukan di daerah pesisir dan laut. Oleh karena itu, perlu didukung dan pembelajaran baru mengenai informasi tentang pola angin, arus, pasang surut dan gelombang sebagai informasi untuk menunjang aktivitas budidaya karamba di laut.

 

2.2.1 Angin

Angin laut atau yang biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan (Simpson, 1994).

 

2.2.2 Gelombang

Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan sedimen yang masuk dan keluar. Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya pembangkit tersebut terutama berasal dari angin, dari gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari atau yang disebut dengan gelombang pasang surut.

 

2.2.3 Pasang Surut

Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi Newton menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa tersebut. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa meskipun massa bulan lebih kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibanding matahari terhadap bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan pasang air laut sangat berbelit-belit, sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan keadaankeadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Wardiyatmoko & Bintarto,1994).

 

2.2.4 Arus

Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut. Secara sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari satu tempat ke tempat lain. Pasang surut merupakan gerak fluktuasi massa air secara periodik dan harmonik, yang disebabkan oleh adanya gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi (Park, 2006).

 

2.3 Keramba jaring apung

Definisi dari keramba jaring apung (KJA) menurut Kadir (2010), yaitu salah satu wadah atau tempat budidaya perairan yang biasa ditempatkan di bagan air bagian dalam seperti waduk, danau dan laut. Pemilihan sistem KJA pada perairan yang dalam seperti waduk, danau dan laut sudah banyak diterapkan oleh para pembudidaya karena penerapan sistem ini cukup ideal. Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara pada keramba  jaring apung. Lokasi yang dapat dipilih oleh para pembudidaya yang akan melakukan budidaya atau pemeliharaan ikan dalam KJA, yaitu perairan yang relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.

 

2.3.1 Bahan Konstruksi KJA

Kontruksi KJA menggunakan besi dan bambu sebagai kerangka, drum sebagai pelampung dan untuk pemberat digunakan batu, beton atau jangkar besi. Ketepatan dalam penggunaan pemberat dan pelampung sangat mempengaruhi keseimbangan pada kontruksi keramba. Oleh sebab itu diperlukan perhitungan teknis mengenai kontruksi keramba. Jaring yang dipasang dalam keramba jaring apung terdiri dari dua jenis, yaitu happa dan polyetilene multifilament. Polyetilene digunakan sebagai jaring tingkat pertama dengan mesh size1,5 inchi sedangkan happa dipasang sebagai jaring tingkat kedua dengan mesh size 0,42 cm. Fungsi penggunaan pemberat besi dapat meminimalisir resiko penggantian pemberat dari batu. Tali yang digunakan untuk mengikat pelampung, rakit bambu, tali ris dan tali jangkar adalah tali tambang plastic (PE).

 

2.3.2 Stabilitas KJA terhadap Gelombang

Informasi spasial dari ombak pecah sangat penting bagi sistem budidaya KJA karena akan memperlihatkan perbedaan lebar dari surf zone. Kondisi surf zone yang lebih lebar (jauh dari garis pantai) menunjukkan lokasi di mana terjadi redaman energi yang lebih besar sehingga menciptakan daerah yang cukup aman untuk kegiatan budidaya, sedangkan jika surf zone-nya lebih sempit dan terjadi dekat atau pada garis pantai dapat menjadi indikator akan terjadi propagasi lebih lanjut melewati garis pantai dengan lepasan energi yang lebih destruktif (Horikawa, 1988).

Konvergensi ombak pada suatu wilayah teluk menandakan adanya konsentrasi ombak atau konsentrasi energi yang harus dihindari karena efeknya sangat destruktif baik untuk bangunan yang dilewati (unit KJA) maupun untuk daratan yang dituju. Sedangkan divergensi merupakan petunjuk lokasi di mana terjadi pengurangan energi ombak sehingga juga merupakan pentunjuk awal mengenai lokasi yang aman untuk penempatan unit KJA. Seperti halnya lokasi ombak pecah, refraksi ombak ini merupakan informasi penting mengenai pola arus pantai, angkutan sedimen dan morfologi pantai yang juga merupakan informasi penting dalam manajemen budidaya KJA (Pethick, 1984).

 

2.3.3 Defleksi Keramba

Defleksi/lendutan adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada batang material. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai dengan bahan material dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam menerapkan konsep ini kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang material. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan defleksi kurva (kurva elastis) dari material.


III. METODE

 

 

3.1 Lokasi KJA

Lokasi yang dijadikan sebagai penempatan KJA adalah Kabupaten Badung, Bali. Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali yang dulunya ibu kota dari kabupaten tersebut terletak di Denpasar namun sudah mengalami pemindahan sehingga saat ini berada di Mengwi. Secara geografis, wilayah ini terletak membujur dari Utara ke Selatan yang bisa dikatakan hampir berada ditengah-tengah Pulau Bali. Titik koordinat dari Kabupaten Badung antara lain adalah 08014’17”-08005’57’LS, 115005’02”-115015’09”BT sedangkan untuk batas wilayahnya adalah Kabupatan Buleleng di sebelah Utara, Kabupaten Tabanan di Barat dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah Timur.

 

 

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Angin

Data angin daerah Kabupaten Badung, Bali diperoleh dari website Badan Meteorologi Dan Geofisika Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah III yang secara langsung bertugas memantau situasi dan kondisi terkini serta perkiraan cuaca daerah Kabuoaten Badung. Selain itu, mereka juga menyediakan layanan jasa informasi secara gratis untuk masyarakat sekitar perihal perkiraan cuaca yang terjadi serta yang akan terjadi pada hari itu.

 

3.2.2 Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan muka air terendah (surut) sangat penting untuk perencanaan bangunan pantai. Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gerakan pasang air laut sangat berbelit-belit, sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan keadaankeadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

 

3.2.3 Arus

Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain.

 

3.2.5 Keramba Jaring Apung

Jenis bahan yang digunakan untuk karamba yang akan di pasang pada perairan Kabupaten Badung, Bali adalah jaring berbahan dasar happa dan High Density Polyetilene (HDPE). Bahan dasar jaring dipilih berbahan dasar HDPE karena jaring berbahan dasar ini cukup kuat namun lentur. Polyetilene digunakan sebagai jaring tingkat pertama dengan mesh size1,5 inc sedangkan happa dipasang sebagai jaring tingkat kedua dengan mesh size 0,42 cm. Massa dari jaring yang digunakan adalah 2,3-61 kg/m dan memiliki daya tahan semalam 20 tahun. Diameter pelampung yang digunakan sebesar 1,3 meter dan massa dari jagkar yang digunakan berkisar 1.053 kg sedangkan panjang, lebar dan kedalaman dari keramba yang dipasang masing-masing adalah 3,5 meter. Selain itu, detail bahan dari KJA antara lain adalah soliditas (Sn) sebesar 0,30; jarak pelampung ke keramba  2 meter; mooring line 30 meter; total panjang mooring line 32 meter; alpha yang terbentuk sebesar 18,640 ; koefisien geser dalam pasir sebesar 0,5; dan kecepatan arus sebesar 2 m/s; volume anchor diam 2410 m3; volume anchor minimum 300 m3; massa tiap-tiap anchor 343,67 kg dan volume pelampung yang digunakan seberat 211 m3.

Konstruksi pemasangan dan tata letak KJA anatar lain sebagai berikut.

 

Spesifikasi Bahan Apung KJA

Bahan

High Density Polyethilene (HDPE)

Diameter luar

25 cm

Panjang tiap alat apung

350 cm

Warna

Biru cerah

Lain-lain

Pattern anti-slip dengan ketinggian 1,5 mm

Spesifikasi Jaring KJA

Bahan

High Density Polyethilene (HDPE) anti UV

Kategori Net

Tanpa simpul (knotless)

Bentuk

Diamond

Mesh size

1,5 inc

 

3.3 Analisis Data

3.3.1 Angin

Angin laut atau yang biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan.

Fetch efektif akan digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk mengetahui tinggi, durasi dan periode gelombang. Fetch rata-rata efektif dihitung dengan persamaan berikut ini.

 

 

3.2.2 Gelombang

Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan sedimen yang masuk dan keluar. Perhitungan gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

 

3.2.3 Pengaruh Oseanografi terhadap KJA

3.2.3.1 Defleksi KJA

Defleksi/lendutan adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada batang material. Deformasi pada balok dapat dijelaskan berdasarkan defleksi sesuai dengan bahan material dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Dalam penentuan nilai defleksi KJA dapat menggunakan rumus berikut.

 

 


Keterangan:

 

 

 

 


3.2.3.2 Reduksi Arus

Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Dengan adanya fenomena tersebut maka terjadilah reduksi arus yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

 

3.2.3.3 Perhitungan arus terhadap Jaring

Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Selain itu, adanya arus juga disebabkan oleh adanya perbedaan denssitas massa air laut, tiupan angina yang terjadi secara terus menerus di atas permukaan laut serta adanya proses pasang surut air laut. Dengan adanya arus di dalam perairan tentulah akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya yang ada disekitarnya terutama terhadap jaring. Perhitungan arus terhadap jaring dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

 

3.2.3.4 Perhitungan Gelombang

Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan mengurutkan tinggi gelombang yang dimulai dari gelombang tertinggi hingga terendah yang terjadi setiap tahunnya. Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut dengan  dan B adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear atau perhitungan dapat dilakaukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

3.2.3.5 Perhitungan Penambatan

Kata penambatan berarti penyambungan dan rumus yang digunakan untuk meghitung penambatan dalam kegiatan karamba budidaya antara lain sebagai berikut.

 


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

 

4.1 Angin

Angin laut atau yang biasa disebut dengan angin lokal yang merupakan aliran udara yang mengalir ke arah daratan serta terjadi pada siang hari. Selain itu, angina laut juga merupakan sirkulasi konvektif lokal yang terjadi akibat dari perbedaan panas antara daratan dan lautan. Angin laut yang terjadi akan sangat memberikan pengaruhi terhadap kondisi cuaca disuatu wilayah. Peranan lain dari angin darat serta angin laut yang terjadi adalah sebagai pembentuk awan-awan rendah. Terbentuknya awan-awan rendah tersebut memberikan manfaat bagi beberapa wilayah di sekitarnya karena awan-awan rendah adalah penghasilkan presipitasi berupa hujan. Fetch efektif akan digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk mengetahui tinggi, durasi dan periode gelombang.

Berikut ini adalah hasil perhitungan fetch efektif dari daerah Kabupaten Badung.

PERHITUNGAN FETCH EFEKTIF

Arah Angin

Fetch Efektif (km)

Barat Laut

98

Utara

625

Barat Laut

172

Barat Daya

5

 

      

 

               Grafik 1. Angin Barat                                     Grafik 2. Angin Timur

 

               Grafik 3. Peralihan 1                                            Grafik 4. Peralihan 2

 

4.2 Gelombang

Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus, serta tidak adanya keseimbangan sedimen yang masuk dan keluar. Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya pembangkit tersebut terutama berasal dari angin, dari gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari atau yang disebut dengan gelombang pasang surut

Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan mengurutkan tinggi gelombang yang dimulai dari gelombang tertinggi hingga terendah yang terjadi setiap tahunnya. Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut dengan  dan B adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear

 

4.3 Perhitungan Gaya yang bekerja terhadap KJA

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh sebagai berikut.

 

Tabel 1. Perhitungan Gaya yang Bekerja

GAYA GAYA YANG BEKERJA

NILAI

SATUAN

Ket

Faktor reduksi

0,74

 

j

Koefisien geser normal

0,64

 

 

Koefisien geser pararel

0,04

 

 

Jumlah cage pararel (n)

3

Buah

 

Jumlah cage normal (m)

4

Buah

 

Lebar cage (B)

3,5

m

 

Panjang cage(L)

3,5

m

 

Kedalaman (D)

3,5

m

 

Kecepatan Arus air

2

m/s

 

Gaya geser normal

48,8

kN

k

Gaya geser pararel

3,7

kN

l

Gaya geser total

52,6

kN

m

 

Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa besar gaya geser normal yang bekerja pada KJA sebesar 48,8 kN. Nilai gaya geser parallel yang bekerja pada KJA bernilai lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai gaya geser naormal yang bekerja, yaitu sebear 3,7 kN sedangkan nilai untuk gaya geser total sebesar 52,6 kN. kecepatan arus aur laut turut mempengaruhi besarnya nilai gaya yang bekerja pada KJA. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa besarnya kecepatan arus air laut sebesar 2 m/s. kedalaman dari KJA yang dibuat hanya berkisar 3,5 meter dan panjang 3,5 meter seerta lebar 3,5 meter dengan jumlah cage normal sebanyak 4 buah.


V. KESIMPULAN

 

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan penjelasan yang telah dibahas di atas, maka dapat disimpulakn bahwa perairan laut Kabupaten Badung memenuhi kriteria untuk dijadikan wilayahbudidaya dengan sistem KJA dan komoditas ikan yang dibudidayakan yang paling cocok adalah ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Cholik, R.W.G. 2005. Coastal Environments : an introduction to the physical, ecological and cultural systems of coastlines. Academic Press. London, 617 pp.

 

Dijkstra, Salmun. 2008. Progress in Modelling the Impact of Land Use Change on the Global Climate. Department of Geography, Hunter College of the City University of New York. New York, 20 pp.

 

Horikawa, K. 1988. Nearshore Dynamics and Coastal Processes. University of Tokyo Press. Tokyo, 522 pp.

 

Kadir, Ahmad. 2010. Karakteristik Ombak Pada Musim Barat di Pesisir Tanjung Bunga: Suatu Pra-Studi Tentang Laju Sedimentasi dan Difusi Material. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar, 52 hlm.

 

Park, Ebershole.2006. “Regional Coastal Numerical Modeling System 1: RCPWAVE - A Linear Wave Propagation Engineering Use. In  Coastal Engineering Technical Note. Vicksburg, MS: Army Engineer Waterways Experiment Station, 5 pp.

 

Pethick, J. 1984. An Introduction to Coastal Geomorphology. Edward Arnold Ltd. London, 260 pp.

 

Wardiyanto, Bakosurtanal., Bintaro, S. 1994. Seri Peta Rupa Bumi Indonesia. Coastal Aquaculture Engineering. Jakarta.

 

Simpson, Bose., A.N., Ghosh, S.N., Yang, C.T. 1994. Our changing planet. Climate Change Science Program. Coastal Aquaculture Engineering. New York: Edward Arnold, 240 pp.

 

 

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment