Saturday, 27 November 2021

Rangkuman jurnal SELFIE : BUDAYA IDENTITAS REMAJA SURABAYA IDEALITA ISMANTO

 Latar Belakang 

Budaya adalah salah satu cara hidup yang berkembnag, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya popular yang beredar di masyarakat Indonesia bukan saja marak berasal dari produksi local, melainkan berasal dari budaya global. Salah satu budaya yang saat ini sedang digandrungi oleh para remaja adalah selfie di Instagram. Foto selfie  remaja di Indonesia  saat ini hanya berpusat pada media hiburan. Selfie sendiri berasal dari tahun 1839 oleh fotografer Amerika bernama Robert Cornelius. Telah banyak perkembangan dalam dunia fotografi yang akhirnya mempengaruhi masyarakat umum dunia di dalam mendokumentasikan kehidupannya melalui media fotografi. Ketika munculnya Kodak Brownie yang berukuran kotak di tahun 1900, telah bembawa perkembangan yang cukup besar untuk selfie (Mrazkova, 1987 : 36). Kecenderungan remaja Indonesia dengan banyaknya ppenggunaan internet saat ini tidak terlepas dari tuntutan gaya hidup yang memaksa merek terus berubah. Dalam penelitian ini data diambil secara empiris melalui remaja-remaja yang berselfie di tempat tinggal di Surabaya.Populasinnya yaitu remaja generasi melenial.


Isi Pembahasan

Remaja adalah salah satu konsumen terbesar internet saat ini. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Dr. Martadi, M.Pd, fungsi internet bagi anak muda saat ini yakni pertama adalah mencari informasi, kedua sebagai penghubung antara teman lama dan baru dan ketiga sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, anak muda saat ini banyak menggunakan media sosial yang beragam seperti instagram, snap chat, facebook, ataupun twitter. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif. Penulis membagikan kusioner  kepada siswa usia 15 hingga 18 tahun sebanyak 593 siswa pada bulan Februari. Hasil dari kuesioner tersebut  masuk kedalam kategori teori uses and gratification yang merupakan kebutuhan pelarian yang diperlukan remaja untuk melarikan diri dari suasana tegang, emosi, kesepian dan tidak adanya dukungan sosial di sekelilingnya.

Sesuai dengan perhitungan angket yang disebarkan pada beberapa SMA di Surabaya, terdapat paparan hasil riset bahwa remaja di Surabaya sendiri tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi untu menerima diri mereka sebagai pribadi yang berkarakter dan berbudi pekerti. Nilai positif dalam foto selfie konteks peddidikan yaitu dapat dijadikan sebagai media ekspresi diri, dapat membangun rasa percaya diri, dapat memperoleh teman baru lewat dunia media sosial dan dapat juga digunakan sebagai endordment suatu produk. Apabila seorang remaja melakukan foto selfie  dengan muatan tertentu, misalnya mengampanyekan tentang anti korupsi atau budaya bersih dapat memberikan hal positif bagi anak remaja. Dampak negative pada foto selfie yakni dapat membuat kecanduan pada anak-anak yang melakukan dan mengunggah di media sosial. Jika sehari tidak melakukan foto selfie pasti tidak percaya diri. 


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis visual foto selfie dalam frame komunikasi visual dapat disimpulkan bahwa foto selfie remaja di Surabaya merupakan pemaknaan dari remaja sebagai metadata, visualisasi dan teks terbuka yang mengandung muatan motif hiburan semata. Kepercayaan diri remaja dapat diatasi dengan adanya kurikulum pendidikan karakter yang berbudi luhur dan kuat agar dapat menjadi fondasi dan filterisasi dari dampak dunia visual saat ini.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment