Burung hantu biasanya memiliki bulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Kebiasaan
Kebanyakan
jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari
remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula
beberapa yang berburu di siang hari.
Mata
yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat;
paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan
kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan
berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak
dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indra pendengaran
dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.
Burung
hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.
Sarang
terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa
palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan,
seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya,
bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih
berbercak.
Pembasmi tikus
Burung
hantu merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai
hewan pembasmi hama tikus di sektor pertanian.
Burung hantu merupakan musuh bebuyutan dari tikus. Karena itu mulai banyak
petani maupun perusahaan pertanian yang menggunakan burung hantu untuk
menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih efektif dibandingkan
pengendalian tikus menggunakan racun
tikus, gropyokan (perburuan
tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain.
Sebagai predator alam, burung hantu jenis Serak Jawa merupakan
pemburu tikus yang paling populer dan andal, baik di
perkebunan kelapa sawit maupun
di pertanian padi. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25
hektare tanaman padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat
memangsa 1300 ekor tikus.
Burung
hantu juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan kelapa sawit.
Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa
sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan
tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan
penanggulangan tikus secara kimiawi.
mantab
ReplyDelete