Thursday, 9 December 2021

Review buku daya seni

 


Buku daya seni ini  di maksudkan untuk menstimulus serta mengembangkan wacana daya seni  pada lingkup pembaca yang lebih luas. Buku ini membahas secara eksplisit untuk menyingkap ketertautan dan keberlindanan seni dengan aspek lain yang telah lebur, dan secara implisit dapat memberikan logika yang taktis dalam membaca, menyikapi, atau menerapkan atas konstelasi seni yang terus berkembang kini. Beberapa decade belakangan, pergeseran wacana seni tidak melulu pada konseptualisasi karya seni, melainkan turut menyentuh praktik dan agensi. Pergeseran tersebut telah di picu serta di pacu oleh perkembangan wacana dalam ilmu sosial humaniora. Daya seni di pahami secara luas sebagai kemampuan yang melekat dalam proses kreatif, wujud kreatif maupun konsumsi kreatif atas gejala serta peristiwa seni. 

Pembahasan 

Kekuatan seni

Seni sebenarnya adalah fenomena umum, yang sudah muncul sejak manusia purba mulai dari melukis dinding-dinding gua atau menciptakan bermacam symbol dan ritus. Sebagai fenomena dan dalam arti luas seni sudah selalu ada, sekurang-kurangnya menjadi symbol, dekorasi, pola ritual, gerakan tari, atau bentuk musical tertentu. Maslahnya adalah bahwa dalam dunia modern, seni kemudian di beri pemaknaan khusus, dengan kerangka filsafati tersendiri dengan medan sosial spesifik, dengan pranata yang otonom, juga dengan karakter keilmuan tertentu yang khas. Sebagai fenomena umum, kekuatan, makna dan fungsi seni erat terkait pada konteks sosio-kulturalnya yang berbeda-beda. Dalam tradisi akademi barat, terutama pada tradisi filsafatnya, istilah seni telah di pikirkan secara koseptual dan di beri definisi-definisi yang ketat. Namun ternyata definisi itu tidak pernah hanya satu, ada banyak konsep kunci yang telah bermunculan dalam rangka memahami fenomena seni.

Ecoart Dalam Seni Rupa

Kebenaran yang kini semakin di akui adalah kenyataan termasuk seni bahwa segala sesuatu itu kelindan, kait mengait, dan saling mempengaruhi. Seni tak pernah sama sekali murni dan berdiri sendiri, atau terpisah dari lingkungannya. Ecoart adalah suatu istilah paying untuk seni yang di kembangkan melalui suatu paradigm yang meyakini bahwa seni tidak lagi dapat di pandang semata dari aspek estetiknya saja, melainkan harus memperhitungkan relasi timbal balikantara seni dan lingkungan diman seni itu hidup dan berkembang.

Ecoart tidak bisa di pisahkan dari pemahaman tentang environmental art, bahwa ecoart adalah suatu praktik seni, dimana sang seniman berkolaborasi dengan saintis, perencanaan lingkungan kota, arsitek dan dengan pihak professional lain, yang bekerja sama mengupayakan pemecahan masalah apabila terjadi degradasi lingkungan, atau problem lingkungan.  Ecoart di buat untuk menginspirasi tumbuhnya rasa cinta dan rasa hormat, merangsang terjadinya dialog, dan mendorong terjadinya keberlangsungan pengembangan lingkungan lingkungan alam dan sosial dimana kita tinggal.

Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Antara Hayatan Dan Hiburan

Pertunjukan wayang kulit di pandang sebagai bahasa symbol dari hidup dan kehidupan yang bersifat rohaniah daripada lahiriah, maka masyarakat pendukung wayang tidak bosan-bosan melihat pertunjukan wayang walaupun cerita yang di sajikan telah di lihat bebebrapa kali. Oleh karena itu nilai estetis dalam pertunjukan wayang di perlukan kehadirannya karena sangat menentukan keberhasilan seniman dalang, bermutu atau setidaknya sajian pakeliran wayang sangat di tentukan unsur-unsur estetis yang tersandung di dalamnya. Adapun beberapa fungsi wayang yaitu (1) sebagai sarana pendidikan dan penerangan (2) sebagai refleksi nilai-nilai estetis (3) sebagai sarana untuk mencari nafkah (4) sebagai hiburan.

Pucuk Rebung

Pucuk rebung adalah tunas bamboo muda yang tumbuh di antara himpunan rumpun bambu. Dalam penciptaan seni, alam benda, flora, fauna dan manusia sering menjadi sumber inspirasi penciptaan seni yang mengalami penyederhanaan, deformasi, dan stilisasi sesuai kemampuan, keterampilan, dan pengalaman estetik berdasarkan penghayatan dan pengembaraan jiwa penciptanya. Motif pucuk rebung melahirkan bentuk segitiga, tumpal, dan antefiks, yang berkonotasi bentuk gunung, gunungan, kalpataru, pohon hayat, batang garing, dan semen. Setiap kelahiran seni di pastikan di landasi oleh konsep, nilai, dan gagasan kreatif, di landasi ideology pencipta dan penggunanya sesuai jiwa zaman. Konsep tersebut berhubungan dengan pengalaman merasakan gejala keindahan atas objek alam.

Dari Sang Kancil Hingga Wayang Kancil : Lapis-Lapis Kreativitas 

Pembahasan perihal kreativitas seringkali di bicarakan dalam ranah seni, karena inti dari seni terletak pada kreativitas. Cerita tidak pernah identic dengan pengalaman, sedangkan pengalaman itu sendiri bukan lah realita melainkan internalisasi subyek atas realita. Cerita kancil di pandang merupakan contoh yang tepat untuk membahas kreativitas seni karena dongeng tersebut menunjukan bagaimana orang menggunakan aspek tertentu dari binatang ini untuk mengungkapkan pengalaman maupun gagasan tertentu.  Lebih menarik lagi cerita kancil hadir dalam berbagai wujud kreatif mulai dari dongeng lisan, buku cerita bergambar maupun tanpa gambar, nyanyian, serta mewujud pula dalam bentuk pagelaran wayang kancil.

Daya Naratif Dalam Novel Dan Film Twilight

Unsur-unsur teks pada dasarnya  dapat di alihkan dari satu media ke media yang lain, namun tidak dapat secara persis dan sepenuhnya tanpa kehilangan property-propertinya yang hakiki. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar di antara media film yang visual dan sastra, khususnya novel yang verbal. Film sangat memadai untuk mengungkapkan tipe realitas fisik, namun tidak demikian dengan novel. Film yang berdasarkan novel tentu masih memiliki kemiripan tertentu dengan novelnya, namun secara tak terhindarkan telah menjadi suatu entias artistic yang berbeda. Twilight the movie merupakan film yang di dasarkan atas novel twilight karya stephenie meyer. Atas perbedaan adegan dari novel dan film twilight dapat di simpulkan bahwa novel dan film memiliki daya naratif yang berbeda dalam mengungkapkan kesadaran konseptual.

Ornamentasi Melisma : Estetika Vokalisasi Selestial Acappela 

Sejarah music barat di awali dengan lahirnya vokalisasi selestial yang di kenal sebagai music gereja pada ke-5, di dukung oleh komunitas kristiani yang tumbuh sejak awal masehi, dan mencapai pucaknya setelah kaisar constaintine pada tahun 312 menyatakan bahwa nasrani menjadi agama resmi kekaisaran nasrani. Perbicangan tentang gaya melismatik kembali mengingatkan pada kebangkitan music greja melalui vokalisasi a cappella abad pertengahan. Sedangkan vokalisasi selestial adalah lantunan suara manusia yang membawakan melodi dan syair yang surgawi. Estetika melisma sebagai ornamentasi music reja dalam jalinan polifonik dapat di lihat dari contoh conductus abad pertengahan.

Pelebagaan Kesenian Tradisi Masyarakat Desa Banyusidi Magelang

Kesenian bagi masyarakat seperti sudah menjadi suatu keharusan dan telah mewujud berakar urat ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti yang ada terjadi di desa banyusidi kabupaten magelang, kehidupan berkeseniannya berjalan beriringan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang sebagian besar hidup di sektor pertanian. Pelembagaan adalah suatu sistem bentuk hubungan kesatuan masyarakat yang di atur oleh suatu budaya tertentu, dan sebagai suatu prosedur yang menyebabkan tindakan atau perbuatan manusia yang di batasi oleh pola tertentu dan di arahkan untuk bergerak melalui jalan yang di anggap sesuai dengan keinginan masyarakat

Blue Whale Suicide Game : Imitasi Seni Pertunjukan Dan Ambivalensi Curator/Seniman

Curator berangkat dari seni rupa yang berhubungan bagaimana seseorang memilih format dan seniman, menyampaikan tema dan konsep, serta mengatur keungan dan penonton. Sebuah karya seni selalu melibatkan elemen pertunjukan, yang mengimplikasikan adanya pencapaian. Keya seni adalah produk dari kemampuan manusia dan menjadi saksi atas pertunjukan yang telah menghasilkannya. Oleh karena itu ketika kita menemukan suatu karya seni yg merupakan jiplakan atau penipuan, kita tidak bisa ,mengapresiasinya  sebagai sebuah karya seni karena tidak adanya aspek pencapaian dalam proses penciptaan karya tersebut.

Kesimpulan

Pada hakikatnya seni bekerja dalam prinsip yang setara dengan falsifikasi. Seni mengungkapkan dimensi-dimensi kebenaran hidup maupun kebenaran-kebenaran seni yang dalam keseharian atau biasanya tidak atau kurang di perhatikan. Seni mencelikkan mata hati, mata piker, dan inra penglihatan kita akan daya yang di miliki benda hidup dan mati dengan cara menggali dan mengolah berbagai dimensi yang terdapat dalam setiap elemen penyusup bentuk seni. Seni tidak pernah berhenti pada persoalan teknis kebentukan belaka. Seni senantiasa memiliki dimensi maknawinya atau lebih tepatnya memiliki efek indrawi dan maknawinya. Pergeseran cara pandang terhadap seni dari pertanyaan perihal makna kea rah persoalan cara kerja seni membuahkan pemikiran-pemikiran baru tentang hubungan antara makna, proses, paktik dan media. Akhirnya seni tidak akan pernah mengubah dunia secara sendirian karena seni ada hakikatnya merupakan proses mediasi yang terikat dalam ruang dan waktu.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment