Tari
pada dasarnya adalah sebuah pernyataan budaya yang mengandung pesan-pesan
tertentu (naratif, simbolik, dan kinestetik) . Tari merupakan
ekspresi jiwa manusia yang dituangkan dalam gerak tubuh dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Sajian tari selalu dipengaruhi bahkan dipolakan oleh
nilai-nilai dan konsep seni serta budaya kelompok etnis yang melahirkannya.
Tari dalam kehidupan masyarakat adat lampung tidak hanya sekedar aktivitas
kreatif dari suatu kelompok masyarakat, melainkan lebih dari itu, berfungsi
sebagai sarana integrasi yang menyatukan individu-individu didalamnya dan
sebagai salah satu unsur budaya yang berperan dalam setiap peristiwa adat.
Salah satu peristiwa adat yang menghadirkan seni pertunjukan tari adalah
upacara perkawinan adat.
Khakot berarti khapot (menyatu atau bersatu) yang dilakukan oleh anak mayau (prajurit) Yang dipimpin oleh khakhanggau (hulubalang) dalam iringan-iringan menuju medan pertempuran. Kemudian setelah usainya peperangan, khakot ini dipakai sebagai iringan-iringan perjalanan dalam upacara adat seperti mengiringi pengantin untuk menuju pelaminan. (Nazori Nawawi, Lidah Batin ). Khakot pada masyarakat lampung pesisir (sub-etnis sai batin) sejak dahulu mempunyai kebiasaan atau tradisi untuk di iringi dengan arak-arakan bagi pasangan pengantin, petinggi adat (penyimbang) dan tamu kehormatan, serta orang-orang yang berjasa bagi pekon atau kampung maupun marganya. Tari khakot ini ditarikan sebagai pembuka jalan arak-arakan dengan barisan terdepan. (Ezivago Tabagjaya, Pegawai Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanggamus:2017).
Khakot merupakan kosa
kata dari bahasa lampung berdialek (A) yang berarti dieratkan. Makna tari
khakot yaitu melindungi dan memberi rasa aman bagi petinggi adat dan
masyarakatnya. Perubahan yang terjadi dalam tari khakot yaitu mengenai makna,
pada saat ini tari khakot sebagai simbol atau ritual untuk menunjukan identitas
budaya masyarakat Lampung. Sedangkan upaya masyarakat pekon teratas dalam
mempertahankan tari khakot dengan cara merawat dan menjaga keutuhannya,
keluarga-keluarga di pekon teratas dari generasi muda hingga generasi tua
menjaga keutuhan kebudayaan Lampung (Sholeha, 2019). Tari khakot ditarikan oleh
laki-laki karena tari khakot itu sendiri merupakan seni bela diri. Tarian ini
ditarikan pada saat festival teluk semaka dan biasanya pada saat masyarakatnya
sedang ada pesta perkawinan khakot sebagai pengiring pengantin dan menjadi
garda depan dalam menjaga dari segala ancaman yang ada. Properti yang di
gunakan pada tari khakot adalah pedang yang merupakan salah satu senjata
masyarakat lampung khususnya masyarakat pesisir.
0 comments:
Post a Comment