Sunday, 28 November 2021

Prinsip pembelajaran

 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

       Menurut Chaedar Alwasila dalam Ruhimat dkk (2015:182-187) hakikat pembelajaran ialah komukasi antara peserta didik dengan lingkungan pembelajaran agara tercapai tujuan dalam upaya pembelajaran. Maka terdapat beberapa prinsip umum yang harus menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran (peserta didik dan pendidik), sebagai berikut:

Prinsip Dasar dalam Pembelajaran

Bahwa belajar memberikan efek perubahan sikap dan moral peserta didik yang bersifat permanen.

Peserta didik memiliki potensi dan kemampuan yang merupakan benih alami untuk ditingkatkan serta dioptimalkan.

Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak dapat tumbuh alami baik searah dalam proses pertumbuhan ke masa depan.


Prinsip Khusus Pembelajaran

  1. Prinsip perhatian dan motivasi kepada peserta didik.
  2. Prinsip keaktifan selama proses pembelajaran.
  3. Prinsip pengulangan mata pembelajaran
  4. Prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman.
  5. Prinsip tantangan pada pembelajaran.
  6. Prinsip perbedaan individual.
  7. Prinsip balikan dan penguatan.

Menurut Ali (2014) semua teori mengenai dasar-dasar pembelajaran yang telah dikemukakan para tokoh terdapat persamaan maupun perbedaan. Dari prinsip inilah timbulnya beberapa prinsip yang berlaku umum sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan utama dalam proses pembelajaran, baik guna untukpeserta didik maupun pendidik dalam tujuan untuk maksimalkan pelaksanaan pembelajaran.

Prinsip tersebut antara lain: 

  1. Memotivasi dan memberikan perhatian
  2. Keaktifan
  3. Berpengalaman

Mata pelajaran seni budaya

 Setiap mata pelajaran memiliki tujuan tersendiri yang mana selalu mengacu kepada kurikulum dan tujuan pendidikan. Pendidikan seni salah satunya terdapat nilai-nilai moral yang bisa ditanamkan untuk membangun karakter siswa. Pendidikan seni tersebut terwujud dalam pembelajaran seni budaya dan wajib dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan (Raharja & Retnowati, 2014: 288). Pendidikan seni budaya sangat penting dilaksanakan agar peserta didik dapat membangun pribadi yang harmonis pada dirinya untuk mencapai muktikecerdasan yang maksimal.


Menurut Damasio dalam Rohidi (2014: 2) telah menyarankan bahwa pendidikan seni, dengan menggalakkan pembangunan emosi, akan mampu mengembangkan pembangunan kognitif dan emosi, dan selanjutnya memberi sumbangan pada pembangunan keamanan. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi generasi baru di Indonesia pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan seni menjadi sangat peting untuk membangun generasi yang kreatif, memiliki kesadaran terhadap budaya, memiliki rasa toleran terhadap lingkungan sekitar, dan menciptakan peluang kasih sayang kepada sesama.


Mata pelajaran seni budaya didalamnya terdapat beberapa yang memiliki kekhasan masing-masing, diantaranya bidang seni rupa, seni tari, seni musik, dan keterampilan. Semua bidang seni tersebut bisa memberikan pengalaman dan rangsangan belajar kepada siswa agar dapat mengembangkan kosepsi, apresiasi, dan kreasinya. Pada era perkembangan dunia teknologi saat ini membuat pendidikan seni menghadapi tantangan perluasan diberbagai bidang. Hal ini tentunya membuat pembelajaran seni budaya harus dilaksanakan dengan maksimal, agar siswa diharapkan mampu memilih dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

Saturday, 27 November 2021

Rangkuman jurnal SELFIE : BUDAYA IDENTITAS REMAJA SURABAYA IDEALITA ISMANTO

 Latar Belakang 

Budaya adalah salah satu cara hidup yang berkembnag, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya popular yang beredar di masyarakat Indonesia bukan saja marak berasal dari produksi local, melainkan berasal dari budaya global. Salah satu budaya yang saat ini sedang digandrungi oleh para remaja adalah selfie di Instagram. Foto selfie  remaja di Indonesia  saat ini hanya berpusat pada media hiburan. Selfie sendiri berasal dari tahun 1839 oleh fotografer Amerika bernama Robert Cornelius. Telah banyak perkembangan dalam dunia fotografi yang akhirnya mempengaruhi masyarakat umum dunia di dalam mendokumentasikan kehidupannya melalui media fotografi. Ketika munculnya Kodak Brownie yang berukuran kotak di tahun 1900, telah bembawa perkembangan yang cukup besar untuk selfie (Mrazkova, 1987 : 36). Kecenderungan remaja Indonesia dengan banyaknya ppenggunaan internet saat ini tidak terlepas dari tuntutan gaya hidup yang memaksa merek terus berubah. Dalam penelitian ini data diambil secara empiris melalui remaja-remaja yang berselfie di tempat tinggal di Surabaya.Populasinnya yaitu remaja generasi melenial.


Isi Pembahasan

Remaja adalah salah satu konsumen terbesar internet saat ini. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Dr. Martadi, M.Pd, fungsi internet bagi anak muda saat ini yakni pertama adalah mencari informasi, kedua sebagai penghubung antara teman lama dan baru dan ketiga sebagai media hiburan. Sebagai media hiburan, anak muda saat ini banyak menggunakan media sosial yang beragam seperti instagram, snap chat, facebook, ataupun twitter. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif. Penulis membagikan kusioner  kepada siswa usia 15 hingga 18 tahun sebanyak 593 siswa pada bulan Februari. Hasil dari kuesioner tersebut  masuk kedalam kategori teori uses and gratification yang merupakan kebutuhan pelarian yang diperlukan remaja untuk melarikan diri dari suasana tegang, emosi, kesepian dan tidak adanya dukungan sosial di sekelilingnya.

Sesuai dengan perhitungan angket yang disebarkan pada beberapa SMA di Surabaya, terdapat paparan hasil riset bahwa remaja di Surabaya sendiri tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi untu menerima diri mereka sebagai pribadi yang berkarakter dan berbudi pekerti. Nilai positif dalam foto selfie konteks peddidikan yaitu dapat dijadikan sebagai media ekspresi diri, dapat membangun rasa percaya diri, dapat memperoleh teman baru lewat dunia media sosial dan dapat juga digunakan sebagai endordment suatu produk. Apabila seorang remaja melakukan foto selfie  dengan muatan tertentu, misalnya mengampanyekan tentang anti korupsi atau budaya bersih dapat memberikan hal positif bagi anak remaja. Dampak negative pada foto selfie yakni dapat membuat kecanduan pada anak-anak yang melakukan dan mengunggah di media sosial. Jika sehari tidak melakukan foto selfie pasti tidak percaya diri. 


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis visual foto selfie dalam frame komunikasi visual dapat disimpulkan bahwa foto selfie remaja di Surabaya merupakan pemaknaan dari remaja sebagai metadata, visualisasi dan teks terbuka yang mengandung muatan motif hiburan semata. Kepercayaan diri remaja dapat diatasi dengan adanya kurikulum pendidikan karakter yang berbudi luhur dan kuat agar dapat menjadi fondasi dan filterisasi dari dampak dunia visual saat ini.

Friday, 26 November 2021

Prosedur pengembangan 4D: Thiagarajan, R&D

  Salah satu prosedur pengembangan dapat menggunakan modifikasi 4-D Thiagarajan (Suryaningtyas, 2013: 12) adalah sebagai berikut :

 1. Tahap pendefinisian (Define)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat yang akan digunakan dalam penelitian. Secara umum penetapan dan pendefinisian dilakukan untuk memperoleh analisis kebutuhan dalam penelitian. Analisis kebutuhan tersebut disesuaikan dengan syarat-syarat produk yang dikembangkan serta kebutuhan penggunaan model penelitian yang cocok.

 2.Tahap perancangan(Design)

Pada tahap ini Thiagarajan membagi tahap perencanaan dalam empat kegiatan yaitu: menyusun tes kriteria, memilih media, pemilihan bentuk penyajian, dan mensimulasikanrancangan.

3. Tahap Pengembangan(Develop)

Tahap develop atau pengembangan ini oleh Thiagarajan dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan yang pertama adalah tahap untuk melakukan penilaian terhadap rancangan produk oleh ahli yang sesuai dengan bidangnya. Kegiatan yang kedua adalah kegiatan penilaian dari responden terhadap rancangan produk yang sudah dibuat. Pada kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui data respon, reaksi atau komentar dari siswa dan guru sebagai calon pengguna produk.


 4.Tahap penyebaran(Disseminate)

Tahap penyebaran ini dilakukan untuk mensosialisasikan produk yang dihasilkan dan mendistribusikannya kecalonpenggunanya. Pendistribusian ini diberikan kepada guru atau peserta didik yang akan menggunakan produk yang telah dikembangkan.


Karena penelitian pengembangan menghasilkan produk yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat ataupun instansi pendidikan, maka penelitian pengembangan ini cukup memiliki urgensi yang tinggi baik untuk guru ataupun siswa

Penelitian pengembangan : ciri-ciri R&D

 Pengembangan adalah suatu proses atau cara yang digunakan untuk mengembangkan sesuatu untuk menciptakan produk baru maupun mengembangkan produk yang sudah ada. Penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu melalui proses pengembangan (Sugiyono, 2012: 407). Penelitian pengembangan bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan sebuah produk. Produk dari penelitian pengembangan dapat berupa media pembelajaran, model pembelajaran, multimedia atau perangkat pembelajaran dan lain-lain.


Penelitian pengembangan mempunyai ciri-ciri berupa produk yang dihasilkan dapat dirasakan secara langsung untuk pembelajaran. Menurut Moh. Ainin (2013: 98) ciri-ciri dari penelitian pengembangan tersebut sebagai berikut:

1. Produk berbasis masalah

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini harus dibuat yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah studi pendahuluan untuk menghasilkan produk yang relevan dengankebutuhan.

2. Uji cobap 

Untuk menghasilkan produk yang layak untuk digunakan, maka perlu dilakukan uji coba produk atau penilaian terhadap produk yang dikembangkan. Penilaian tersebut bisa diberikan kepada ahli bidang produk dan calon pengguna.

3. Revisi produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan tidak langsung diaplikasikan dalam pembelajaran. Akan tetapi, setelah produk yang dihasilkan diberi penilaian oleh para ahli,pengguna, maupun uji lapangan, maka dari penilaian tersebut dapat dilihat produk yang dihasilkan harus direvisi atau tidak.

4. Tidak menguji teori

Hakikatnya tujuan dalam penelitian pengembangan bukan untuk menguji teori, namun mengembangkan teori untuk produk yang dihasilkan.

Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar

 

Menurut Arikunto (dalam Elhefni, 2011: 314-315) di dalam evaluasi hasil belajar terdapat tujuan atau fungsi, yaitu sebagai berikut:

1)   Evaluasi berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan evaluasi,  guru  memiliki  cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswa. Evaluasi itu sendiri memiliki tujuan, yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, naik kelas atau tingkatan berikutnya, untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, dan untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

2)   Evaluasi berfungsi diagnostik

Apabila    alat    yang    digunakan    dalam    evaluasi    cukup memenuhi  persyaratan,  maka  melihat  hasilnya,  guru  akan mengetahui  kelemahan  siswa.  Di  samping  itu  diketahui pula   sebab-sebab   kelemahan   itu.   Dengan   diketahuinya sebab kelemahan dari kelemahan tersebut,  akan  lebih  mudah  untuk memecahkan kesulitan tersebut dan mencari cara untuk mengatasinya.

3)   Evaluasi berfungsi penempatan

Setiap  siswa  sejak  lahirnya  telah  membawa  bakat  sendiri-sendiri    sehingga    pelajaran    akan    lebih    efektif    apabila disesuaikan   dengan   pembawaan   yang   ada.   Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran   secara   kelompok.   Untuk   dapat   menentukan dengan   pasti di   kelompok   mana   seorang   siswa   harus di tempatkan dalam situasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 

Dirman dan Cicih Juarsih (2014: 33) tujuan utama evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui kefektifan proses dan hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari skala nilai berupa huruf, kata atau simbol.

 

Mengacu pada Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan memiliki beberapa macam jenis penilaian atau evaluasi hasil belajar yaitu Ulangan Harian yang dilaksanakan untuk mengukur pencapaian pada peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD), Ulangan Tengah Semester dilaksanakan setelah melakukan kegiatan pembelajaran 8-9  minggu, Ulangan Akhir Semester ialah kegiatan yang dilaksanakan guna untuk mengukur pencapaian standar kompetensi pada akhir semester ganjil, Ulangan Kenaikan Kelas dilaksanakan diakhir semester genap, Ujian Sekolah dilaksanakan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi yang diperoleh peserta didik yang merupakan salah satu syarat kelulusan, dan Ujian Nasional dilaksanakan setiap tahun oleh Depdiknas dan Prosedur Operasional Standar (POS) yang diterbitkan oleh BSNP.

 

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi hasil belajar dibutuhkan untuk melihat sudah baik atau belumnya proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, hal tersebut dapat berupa angka, huruf, kata, atau simbol. Evaluasi hasil belajar dapat dilaksanakan pada saat Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, Ulangan Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional. 

Evaluasi hasil belajar

 Evaluasi merupakan suatu komponen pendidikan yang harus dilaksanakan secara sistematis dan terencana sebagai alat ukur keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran (Faizah, 2019: 44). Seperti yang dikatakan (Mahmudi, 2011: 112) tolak ukur keberhasilan suatu program dapat diketahui dengan diadakannya evaluasi yang merupakan proses pengumpulan informasi untuk membantu pihak-pihak tertentu mengambil keputusan tentang suatu objek. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan bagian penting yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan serta menjadi tolak ukur suatu keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam proses tersebut dibutuhkan pengumpulan informasi tentang suatu objek yang akan dievaluasi.

 

Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud ialah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku. Menurut (Nurmala et al., 2014: 6) hasil belajar ialah  kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Firmansyah, 2015: 37) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami proses belajarnya. Berdasarkan yang dikemukakan toleh Nurmala dan Sudjana, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar yang dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya.

 

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan para ahli mengenai evaluasi dan hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang bersifat kontinu dan sistematis yang bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan baik atau belum

Wednesday, 24 November 2021

Pengertian aplikasi

 Menurut Harip Santoso dalam Andriasari (2017: 9) aplikasi adalah suatu kelompok file yang digunakan untuk melakukan aktivitas tertentu yang saling terkait. Aplikasi bisa dikatakan sebagai program yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah dengan tujuan mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan tujuan dari pembuatan aplikasi tersebut. Penggunaan aplikasi dirancang menjadi sebuah sistem untuk mengolah data yang mempermudah pekerjaan manusia.

Aplikasi memiliki banyak fungsi yang digunakan manusia sebagai pelayan kebutuhan dari beberapa aktivitasnya. Menurut Andriasari (2017: 9) penggunaan aplikasi dapat digolongkan menjadi:

Perangkat lunakperusahaan

Perangkat lunak infrastrukturperusahaan

Perangkat lunak informasikerja

Perangkat lunak media danhiburan

Perangkat lunakpendidikan

Perangkat lunak pengembanganmedia

Perangkat lunak rekayasaproduk



Pemanfaatan aplikasi dalam pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar menjadi lebih praktis. Perubahan kondisi yang dialami pada saat pandemi ini menjadikan aplikasi digunakan secara total dalam pembelajaran daring. Aplikasi pembelajaran menjadi sangat bermanfaat untuk mencapai efisiensi dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring. Manfaat tersebut diantaranya adalah efisiensi waktu dan mudahnya pengaksesan materi dan sumber belajar. Beberapa platform atau pemanfaatan aplikasi dalam pembelajaran daring, diantaranya: whatsapp, google classroom, google form, youtube, zoom,instagram, dan lain- lain.

Pengertian pembelajaran

 Hakikatnya pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhann minatnya (Kustandi & Darmawan, 2020: 1). Pembelajaran bisa dikatakan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai perkembangan siswa yang optimal, yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomtorik. Oleh karena itu, agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus mampu memperlihatkan dan mengembangkan unsur-unsur dinamis dalam proses pembelajaran. Sehingga diharapkan siswa mampu menguasai materi pembelajaran denganmaksimal.


Adapun ciri-ciri dari proses pembelajaran sebagai berikut (Kustandi & Darmawan, 2020: 1)

1. pada proses pembelajaran guru harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang bila disediakan kondisi yangmenunjang.

2. Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa, karena yang belajar adalah siswa, bukan guru.

3. Pembelajaran merupakan upaya sadar dansengaja

4. pembelajaran bukan kegiatan incidental tanpapersiapan

5. pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapatbelajar.


Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran tersebut, maka peranan guru dalam menyampaikan materi sangat dibatasi. Siswa diharapkan mampu menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang nantinya dapat dikuasainya. Konsep pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mencari ilmu pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan kondisi ketika pembelajaran dilakukan secara virtual ataupun daring. Siswa dituntut untuk menggali ilmu pengetahuannya sendiri karena tidak ada kehadiran guru secara langsung.

Tuesday, 23 November 2021

Pembelajaran daring

 Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksebilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan jenis interaksi pembelajaran (Sadikin & Hamidah, 2020). Istilah lain yang ada dikalangan masyarakat dan akademik pembelajaran daring biasanya di kenal dengan pembelajaran online (online learning) atau bisa di katakan dengan pembelajaran jarak jauh.. Pembelajaran daring telah menjadi fenomena baru yang terjadi pada saat ini. Hal ini dipicu dengan sedang terjadi kondisi pandemi covid 19yang melanda hampir di seluruh Negara

 

Pembelajaran daring harus dilaksanakan dengan mengacu kepada proses pembelajaran yang berorientasi kepada kegiatan pembelajaran dan interaksi antara siswa dengan guru. Menurut Munawar (2013) di dalam Pohan (2020) perancangan sistem pembelajaran daring harus mengacu pada 3 prinsip, yaitu:

Sistem pembelajaran harus sederhana sehingga mudah di pelajari

Sistem pembelajaran harus di buat personal sehingga pemakai sistem tidak saling tergantung.

Sistem harus cepat dalam pencarian materi atau menjawab soal dari hasil perancangan sistem yang dikembangkan.


Pembelajaran daring adalah bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri tidak bergantung pada orang lain (Syarifudin, 2020). Akan tetapi, disisi lain hal ini memberikan dampak pada penerapan pembelajaran daring yang berorientasi pada penugasan melalui aplikasi. Pembelajaran daring ini menuntut siswa menjadi semakin aktif dan mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa akan fokus ke layar smarphone untuk mengerjakan tugas atau mengikuti pembelajaran.


Pembelajaran daring dalam penerapannya masih terdapat banyak kendala yang dialami. Permasalahan tersebut biasanya terkait dengan masalah teknis yang dialami oleh siswa. Banyak siswa-siswi yang tidak dapat mengikuti pembelajaran daring secara maksimal. Diantaranya siswa tidak memiliki smartphone atau laptop yang memadai dan tidak sanggup membeli kuota internet sebagai fasilitas utama pembelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan solusi dalam mengatasi permasalahan atau kendala yang dialami siswa tersebut.

Monday, 22 November 2021

Pengertian belajar sepanjang hayat

 Belajar adalah aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia didalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono & Hariyanto, 2012:1). Berdasarkan konsep belajar tersebut, maka belajar bisa diartikan sebagai suatu proses yang dialami manusia disepanjang hayat hidupnya. Manusia tidak akan mengenal waktu, tempat, dan kondisi apapun untuk tetap melakukan proses belajar. 


Konsep belajar sepanjang hayat akan menjadikan manusia tidak boleh berputus asa dalam kondisi apapun untuk memperoleh pengalaman belajar. Seperti yang terjadi ketika belajar dilakukan dengan menjaga jarak, kondisi ini tidak akan menjadi penghalang dalam memperoleh pengalaman belajar. Pengalaman tersebut harus tetap diperoleh siswa walupun harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, pembelajaran harus tetap berlangsung agar siswa tidak berhenti dalam melakukan proses belajar.


Proses belajar yang dilakukan oleh siswa memiliki tujuan untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Menurut Benyamin S Bloom dalam Isti’adah (2020:16) menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, sebagai berikut:

Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.

Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaiaan perasaan sosial.

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual dan motorik.


Hasil dari proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa. Lingkungan belajar merupakan faktor penentu dalam membangun kemampuan prilaku siswa (Harjali, 2019:24). Secara umum lingkungan belajar yang sangat berpengaruh adalah lingkungan sekolah dan kelas. Namun, pada kondisi Covid-19 lingkungan belajar yang sangat berpengaruh adalah lingkugan keluarga. Hal ini membuat peranan orang tua sangat besar terhadap proses belajar siswa yang dilakukan secara daring.

Sunday, 21 November 2021

Resume Jurnal EKSPRESI SENI WARGA KAMPUNG JOYOHARJAN

 Resume Jurnal

EKSPRESI SENI WARGA KAMPUNG JOYOHARJAN


Tulisan ini merupakan studi terhadap ekspresi seni warga kampung Joyoraharjan, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi warga kampung Joyoraharjan dalam membangun kampungnya melalui kegiatan kesenian dan sejauh mana warga kampung mengelola lingkungan kampung dan mengekspresikan kreativitas seninya dalam kehidupan sehari-hari. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa motivasi warga kampung dalam membangun kampungnya adalah memperkuat kolektivitas dalam rangka membangun identitas kampung. Ekspresi seni warga Kampung Joyoraharjan meliputi beberapa bentuk atau medium antara lain seni rupa yang terwujud dalam mural, lukisan dan musik yang berupa permainan Gejluk Lesung. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa kampung sebagai penyangga kota memiliki keterikatan dengan tradisi yang terus-menerus berusaha diartikulasikan kembali oleh warganya. 

Tulisan ini berusaha mengungkap motivasi warga kampung Joyoraharjan dalam upaya membangun eksistensinya melalui kegiatan kesenian. Persoalan yang hampir serupa pernah diangkat oleh para seniman di Yogyakarta melalui proyek mural. Ketika masyarakat di kampung-kampung Jogja juga diikutkan dalam proyek mural dengan cara melukis Tembok tembok kampong mereka sendiri yang tidak terpakai, bahkan menjadi santapan liar graffiti yang tidak memedulikan keindahan, maka sebenarnya ada usaha berkomunikasi antara seniman dengan masyarakat. Pada akhirnya, mural justru menjadi seni publik yang tidak hanya dimiliki oleh seniman mural saja, namun masyarakat yang tidak paham menggambar dengan “indah” pun dapat diikutkan dalam rangka keindahan kota (Wicandra, 2005: 126) , Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Dengan jenis penelitian ini dapat ditangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa (Sutopo, 2002: 35). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan etnografi, menjelaskan bahwa inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna dan tindakan dari kejadian yang menimpa.

Joyoraharjan adalah kampung yang mencakup RT 01, 02, 03, 04 RW 10 kelurahan Purwodiningratan, Kecamatan Jebres, Surakarta. Kampung Joyoraharjan terletak di antara pasar Ledoksari dan Stasiun Jebres. Joyoraharjan merupakan salah satu kampung padat penduduk dengan 350 Kepala Keluarga (KK) dengan mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai pedagang di pasar. Lokasi kampung tersebut sangat strategis karena letaknya tidak jauh dari pusat kota. Banyaknya pendatang dari dari waktu ke waktu membuat wajah baru di daerah tersebut. Lokasi pemukiman di Joyoraharjan yang padat dengan gang-gang sebagai alur lalu-lintas penghuninya membuat beberapa generasi muda berpikir untuk menghias area pemukiman mereka. Pilihannya jatuh pada dinding-dinding di sepanjang gang, baik dari sisi barat yang dekat dengan pasar Ledoksari, maupun dari sisi selatan. Setelah mereka memiliki gagasan tersebut maka dilakukanlah semacam penelusuran sejarah kampung dengan melakukan wawancara-wawancara kepada para tetua kampung. Proses tersebut didampingi oleh beberapa remaja yang banyak menghasilkan seni mural di kota Solo. Proses tersebut akhirnya menghasilkan suatu kesepakatan bahwa di satu titik dinding, yaitu di jalan masuk sebelah selatan akan dibuat mural yang menggambarkan K.R.H. (Kanjeng Raden Haryo) Kusuma Tanoyo yang merupakan sesepuh kampong. Kegiatan mural bersama tersebut secara drastis mengubah wajah kampung Joyoraharjan. Tembok-tembok rumah warga yang dulu terlihat kusam berubah menjadi penuh aneka gambar. Mural tersebut secara simbolis memulai sebuah garis baru dalam komunikasi antar warga. Ruang dialog baru terbuka oleh partisipasi warga dalam kegiatan. Tak hanya ruang komunikasi saja yang terbuka namun juga ruang fisik Kampung

Joyoraharjan memiliki banyak potensi di dalamnya. Di antaranya terdapat beberapa aktivitas unik dari Karang Taruna seperti kesenian Gejluk Lesung, boneka ninidok dan beberapa cerita sejarah yang membentuknya. Gejluk lesung adalah musik yang dimainkan dengan cara memukul lesung dengan alu. Lesung adalah alat tradisional untuk memisahkan padi dari kulitnya. Lesung dibuat dari kayu utuh dengan ukuran panjang yang bervariasi. Lazimnya, lesung berukuran antara dua hingga tiga meter. Adapun batang kayu yang sering digunakan sebagai bahan pembuatan lesung adalah kayu pohon asam, nangka dan kayu sawo. Sedangkan alu atau penumbuk terbuat dari batang kayu yang keras, ulet agar tidak mudah patah. Kayu yang sering digunakan untuk alu adalah, kayu pohon asam, sawo, lamtoro (petai cina), dan jati. Alu berbentuk tongkat sepanjang satu setengah hingga dua meter dan berdiameter kurang lebih 8-10 cm dengan cekungan sehingga mudah untuk dipegang. Alunan dari benturan alu dan lesung sangat harmoni ketika dipadu dengan lagu dolananyang dinyanyikan oleh para remaja. Hingga hari ini, Gejluk Lesungtetap dilestarikan oleh para remaja kampung sebagai sebuah cara untuk mempertautkan mereka dengan K.R.H. Kusuma Tanoyo sebagai tokoh dari masa lalu di kampung mereka yang mereka kenang dan hormati.

Gerakan untuk membangun relasi sosial baru dalam masyarakat berbasis komunitas mulai muncul akibat dari kebutuhan dari masyarakat itu sendiri.Salah satunya adalah dengan mengadakan suatu Event baik secara kolaboratif ataupun independen.Jika dilihat dari sifat pergerakannya, kampung Joyoraharjan lebih sering mengadakan eventdalam lingkup internal. Tujuan utama daripergerakan warga kampung Joyoraharjan memang bukan untuk mencapai eksistensi yang diakui dunia luar. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah efek semata, yang terpenting bagi mereka adalah terbangunnya relasi sosial baru antar warga kampung melalui berbagai kegiatan seni, sebuah relasi sosial yang terjalin atas dasar cita-cita kolektif untuk membangun identitas kampong Joyoraharjan sebagai kampung yang peduli lingkungan, berseni dan tidak melupakan sejarah kampung bahkan berusaha terpaut dengan sejarah tersebut melalui pelestarian tradisinya. 


KESIMPULAN 


Cairnya kebudayaan kota berimplikasi pada dipertanyakannya kembali identitas kampung-kota yang menjadi penopangnya. Kampung kota dalam hal ini mengalami semacam tuntutan untuk mengartikulasikan ulang identitasnya. Geliat kesenian warga kampung Joyoraharjan yang terekspresikan dalam seni mural dan konservasi musik Gejluk Lesung adalah bagian dari upaya mengartikulasikan Identitas di tengah budaya kota tersebut. Secara partisipatif warga kampong yang dimotori oleh generasi muda menggunakan ruang fisik kampung sebagai “kanvas” bagi karya-karya kolektif mereka. Upaya pelestarian dan pembangkitan kembali ingatan kolektif atas tradisi tergambar pada karya-karya mural dan pada musik Gejluk Lesungyang hari ini telah beralih dari sakral menjadi profan. Dilihat dari ekspresi kesenirupaan maupun musik, terlihat bahwa warga kampung Joyoraharjan memilih untuk tetap terhubung dengan tradisi yang mereka warisi sebagai bagian dari narasi identitas kolektif yang terus berusaha diartikulasikan.

 













Model pembelajaran project based learning

 


BAB I 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.81a Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran, pada prinsipnya merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Secara proses kegiatan pembelajaran merupakan sebuah proses penyampaian materi ajar kepada siswa agar mencapai kompetensi tertentu dengan pendekatan yang efektif. 

Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama, pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pada hakekatnyapembelajaran adalah terjadinya perubahan mendasar pada siswa baik,dalam pemahaman materi ajar maupun dalam sikap dan perilaku yang menuju kearah yang sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih lanjut ciri pembelajaran yang dikemukakan oleh Siregar (2011:12) yakni merupakan upaya sadar dan sengaja untuk membuat siswa belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan proses yang terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. Jadi secara mendalam pembelajaran merupakan serangkaian pengalaman belajar yang dialami siswa dalam menggali dan memahami keilmuan dan pengetahuan sebagai bentuk bekal dasar dalam menjalani kehidupannya di masyarakat.Proses pembelajaran tersebutharus menggunakan prinsip-prinsip seperti yang dikemukakan pada Permen 81a Tahun 2013 sebagai berikut.(1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Jadi proses pembelajaran tersebut harus dikemas dalam desain dan model pembelajaran yang mendorong tingkat kreativitas tinggi dan menumbuhkan kesadaran untuk memperoleh manfaat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Disinilah titik utama bagi para pendidik untuk memiliki Sense of Curiosity dalam mengkaji, mengevaluasi, dan menciptakan kemasan yang terbaik untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan membanggakan. Kemasan tersebut merupakan model pembelajaran yang merupakan bentuk penyajian pengalaman belajar bagi siswa dalam proses pemerolehan pengetahuan dan keilmuan serta keterampilan. 

Pemerintah sebagai penanggungjawab utama pendidikan, bersama dengan badan legislatif memberikan perhatian khusus terhadap pendekatan belajar, hal ini tersirat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dandialogis. Hal tersebut diperkuat juga oleh Permendiknas No.34/2006 yakni proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Para praktisi pendidikan terus berusaha untuk menemukan dan mengkaji model pembelajaran yang dapat menjawab amanat undang-undang tersebut. Model pembelajaran yang sekarang sedang gandrung dikaji adalah model pembelajaran dengan pendekatan active learning, yang telah banyak melahirkan metode dan teknik yang diyakini dapat memupuk kreativitassiswa secara baik. 

Teori-teori belajar yang telah menjadi dasar proses pembelajaran akan selalu merujuk pada pencapaian perubahan prilaku siswa, hal ini dapat dilihat pada teori belajar behavioristik, Heri Rahyubi (2012:6) mengartikan belajar adalah terbentuknya suatu prilaku yang diinginkan yang mendapatkan penguatan positif dengan penilaian didasarkan atas perilaku yang tampak. Hal tersebut menyiratkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya proses interaksi antara stimulus dan respons. Tetapi hal tersebut berbeda dengan teori kognitif seperti yang dipaparkan oleh Siregar (2011:30) bahwa belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons tetapi juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Pada dasarnya teori-teori tersebut memilki kesepahaman dalam memandang siswa sebagai sosok subjek proses pembelajaran dalam mencapai keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diinginkan. 

Proses pembelajaran ini sangat tergantung pada model pembelajaran yang mendasari interaksi antara guru, siswa, materi serta media dan bahan ajar. Model pembelajaran ini menjadi sebuah panduan dan petunjuk dasar untuk mencapai hasil pembelajaran yang ditentukan. Pada hakikatnya model pembelajaran diharapkan dapat melahirkan aktivitas positif dan memunculkan sikap-sikap yang mewarnai karakter siswa dalam kehidupannya.Salah satu model pembelajaran yang menyajikan tantangan terhadap siswa untuk melakukan sebuah tugas mandiri tidak terstruktur dalam menciptakan kreativitas siswa adalah Project Based Learning(PBL). 

Dalam Buku Project Based Learningterbitan NYC Department of Education (2000) dijelaskan karakteristik pembelajaran berbasis proyek yakni mengarahkan siswa untuk meneliti ide dan permasalahan yang penting dalam kerangka proses inkuiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa secara kreatif dengan menghubungkannya dengan permasalahan dalam dunia nyata.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran sistematis yangmelibatkan para siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan melalui proses pembelajaran terstruktur dalam waktu tertentu yang terfokus padasuatu tugasdengan dukungan teknologi informasi. Stephani Bell (2010:39) pada penelitiannya mengatakan bahwa, PBL is a key strategy for creating independent thinkers and learners. Children solve real world problems by designing their own inquiries, planning their learning, organizing their research, and implementing a multitude of learning strategies.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi untuk melahirkan siswa yang kreatif dalam memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan mereka dengan merancang, merencanakan, mengorganisir dan menerapkan proses pembelajaran.Kreativitas siswa menjadi titik sentral dalam pengembangan dan implementasi project based learning ini. Kreativitas juga sangat erat hubungannya dalam konteks berkesenian. Dewasa ini, kesenian dapat dilihat sebagai intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Kesenian juga dapat diartikan dengan suatuhasil kreativitas yang diciptakan manusia danmengandung unsur keindahan. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran kesenian sangat dituntut aktivitas kreatif yang diharapkan menghasilkan karya seni yang mendapat apresiasi tinggi. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran kesenian sangat dituntut aktivitas kreatif dan kemandirian yang diharapkan menghasilkan karya seni yang mendapat apresiasi tinggi. Proses pembelajaran kesenian selama ini belum dapat secara optimal menumbuhkan kreativitas siswa,khususnya dalam berkreasi menciptakan sebuah karya seni yang tumbuh dari proses pembelajaran dengan keterlibatan lebih mendalam pada objek-objek seni. Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengimplementasikan project based learning pada mata pelajaran kesenian khususnya seni tari dengan judul Project Based Learning Dalam Pembelajaran Seni Tari.


Rumusan Masalah

Apa Pengertian Project Based Learning?

Bagaimana Karakteristik Project Based Learning?

Teori apa yang mendasari Project Based Learning?

Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning?

Bagaimana Langkah-langkah Project Based Learning?


Tujuan 

Mengetahui Pengertian Project Based Learning

Mengetahui Bagaimana Karakteristik Project Based Learning

Mengetahui Teori apa yang mendasari Project Based Learning

Mengetahui Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning

Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah Project Based Learning














BAB II

 PEMBAHASAN


Pengertian Model Project Based Learning


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Project based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh. 

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik ( student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya. 

 Model project based learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran model pembelajaran berbasis proyek( project based learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti. model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi yang relevan dan peserta didik belajar secara mandiri serta hasil dari pembelajaran ini adalah produk.


Karakteristik Model Project Based Learning


Model pemebelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar, dalam hal ini tidak semua karakteristik dari model pembelajaran tersebut cocok dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), yaitu : (1) peserta didik sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, (2) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (3) peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil, (4) Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, (5) Melakukan evaluasi secara kontinue, (6) Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (7) Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya, (8) kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Teori Yang Mendasari Model Project-Based Learning

 Model pembelajaran tidak lahir berkembang secara sendirinya, melainkan memiliki landasan teoritis tertentu. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran project based learningadalaha.

Dukungan PjBL Secara Teoritis

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) juga didukung oleh teori belajar kontruktivistik bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri didalam konteks pengalamannya sendiri. 

Dukungan PjBL Secara Empiris 

Penerapam PjBL telah menunjukkan bahwa model tersebut sanggup membuat peserta diidk mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham kontruktivisme.

Menurut pemaparan diatas bahwa penerapan pembelajaran didalam kelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk kegiatan (melakukan sesuatu) dari pada kegiatan pasif seperti guru hanya mentransfer ilmu pada tersebut. Pembelajaran ini memberi peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain dan memperkenalkan ide sendiri kepada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Dari meningkatkan ketrampilan dan memecahkan masalah secara bersama. 


Kelebihan dan Kelemahan Model Project Based Learning.


Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek ( Project Based Learning) antara lain:

meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen kurikulum lain.

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem kompleks.

Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.

Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimpelementasikan secara baik maka peserta didik akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar.

Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.

Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Menurut Moursund beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut: a) Increased motivation, b) Increased problem-solving ability, c) Improved library research skills, d)Increased collaboration, e)Increased resource-managemen skills. 


Kelemahan Model Project Based Learning 


Sebagai model pembelajaran tentu saja model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) juga memiliki kelemahan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah: 1) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk, 2) membutuhkan biaya yang cukup, 3) membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar, 4) membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai, 5) tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang dibutuhkan, 6) kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja kelompok.


Langkah-Langkah Project Based Learning

Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran project based learning adalah sebagai berikut:

Menentukan pertanyaan atau permasalahan yang paling mendasar yang akan digunakan sebagai sebuah proyek yang menuntut penyelesaian

Menentukan desain perencanaan proyek. 

Desain perencanaan proyek ini dilakukan bersama antara guru dan siswa. Guru dapat memberikan gambaran awal terkait dengan arah pemecahan masalah sebagai desain dan selanjutnya siswa melanjutkan secara detail perencanaan proyek bersama kelompok mereka. Atau, jika proyek ini cukup sederhana dan dapat dikerjakan secara individu maka siswa mendesain perencanaan proyek sesuai dengan rancangannya sendiri.

Intinya harus ada rancangan desain proyek karena melalui rancangan ini guru dapat menilai keputusan yang diambil siswa dalam tiap langkahnya cukup rasional atau tidak, sekaligus siswa dapat mengukur tingkat pemahamannya.

3. Menyusun jadwal pengerjaan proyek.

4. Guru memonitor siswa dalam mengerjakan proyeknya.

5. Melakukan pengujian hasil.

Tentunya akan ada analisis jika proyek berhasil ataupun pasti akan ditemukan alasan jika proyek gagal. Berhasil atau gagal akan memberikan pengalaman belajara bagi siswa jika keduanya didasarkan pada desain perencanaan yang telah dibuat.

6. Mengevaluasi pengalaman.















BAB III

PENUTUP

Kesimpulan 

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).  Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman.

Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.

Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.

Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya: (1) siswa menjadi pebelajar aktif; (2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah; (3) pembelajaran menjadi student centred); (4) guru berperan sebagai fasilitator; (5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri; (7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.

Karena pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa tes atau nontes. Sebaiknya penilaian yang dilakukan untuk model pembelajaran berbasis proyek ini lebih mengutamakan aspek kemampuan siswa dalam mengelola aktivitas-aktivitas mereka dalam penyelesaian proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi atau kesesuaian proyek dengan topik pembelajaran yang sedang dipelajari hingga keaslian (orisinalitas) proyek yang mereka garap.


















DAFTAR PUSTAKA


https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EQQCQfo7nosJ:https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan sendratasik/article/download/29090/26636+&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d


Definisi Model Pembelajaran Explicit Instruction Dalam Pembelajaran Seni Tari

 


Definisi Model Pembelajaran Explicit Instruction Dalam Pembelajaran Seni Tari 

Explicit Instruction adalah suatu metode mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa. Metode ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. metode ini juga sering dikenal metode pembelajaran langsung atau Direct Instuction.

Explicit Intruction (pengajaran langsung) merupakan suatu pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan  deklaratif  yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah (Suyatno, 2009:127). 

Model Explicit Instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung. Menurut Arends (dalam Trianto, 201: 41) Model Explicit Instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Explicit Instruction menurut Kardi (dalam Uno dan Nurdin, 2011: 118) dapat berbentuk “ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok”. Explicit Instruction digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.

Berikut menurut beberapa ahli mengenai Explicit Intruction :

Selain itu, Rosenhina, dkk (dikutip  Yasa, 2012) mengemukakan bahwa  Explicit Intruction merupakan suatu model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran.

Arend dalam Trianto (2010:41) menjelaskan bahwa model Explicit Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

 Anurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa Explicit Intruction atau yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Explicit Intruction merupakan suatu  pendekatan atau model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan  deklaratif sehingga agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.



Konsep Model Pembelajaran Explicit Instruction Dalam Pembelajaran Seni Tari 


Fase 1

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang.

Menyampaikan tujuan dan pelajaran, pentingnya pelajaran,mempersiapkan mempersiapkan siswa untuk belajar.


Fase 2

Medemonstrasikan

Guru mendemontrasikan keterampilan dengan pengetahuan dan benar atau menyajikan informasi tahap demi keterampilan tahap.


Fase 3

Guru merencanakan dan memberi bimbingan.

Membimbing pelatihan pelatihan awal


Fase 4

Mengecek pemahaman dan Mencekapakah siswa telah berhasil melakukan memberikan umpan balik tugas dengan baik, memberi umpan balik.


Fase 5

Guru mempersiapkan  kesempatan melakukan

Memberikan kesempatan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada untuk pelatihan lanjutan dan penerapan kepada situasi lebih kompleks dan penerapan kehidupan sehari-hari.



Kardi & Nur (dalam Trianto, 2011:43) mengemukakan tahapan atau sintaks model explicit instruction menurut Bruce dan Weil (dalam Sudrajat, 2011: 3), sebagai berikut: “1) Orientasi, 2) Prestasi, 3) Latihanterstruktur, 4) Latihan terbimbing, 5) Latihan mandiri”. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan  tujuan pelajaran;  (3)  memberikan  penjelasan/arahan  mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan  digunakan  dan kegiatan  yang  akan  dilakukan selama pembelajaran; dan (5) menginformasikan kerangka pelajaran.. Pada fase ini  guru  dapat  menyajikan  materi  pelajaran  baikberupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapatberupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasaisiswa dalam waktu  relatif  pendek;  (2)  pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja  terhadap tugas;  dan  (4)  menjelaskan  ulang  hal-hal  yang sulit.

Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah. Latihan  terbimbing.  Pada fase  ini  guru  memberikan kesempatan  kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengakses/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.



Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction

Kardi, dkk dikutip Uno, dkk (2012:117) ada beberapa ciri-ciri model Explicit Intruction  (pengajaran langsung), yaitu sebagai berikut.

Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran dan

Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Selain itu, Weil dan Calhoun (dikutip Anurrahman, 2009:169), mengemukakan bahwa tujuan utama dari penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa. (Weil dan Calhoun, dalam Anurrahman, 2009:169).

Langkah-Langkah Model Explicit Instruction

            Pada  pelaksanaan model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok.  Hal ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dikutip Uno, dkk, 2012:118). Tekait hal tersebut, maka dalam penerapannya penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami langkah-langkah atau sintaks dari model tersebut. 

Suprijono (2010:130) menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam pengajaran langsung (Explicit Intruction),  meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.

Selain itu,  Qirana, dkk (2008:2) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah-langkah pembelajaran model Explicit Instruction adalah (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; (2) guru mendemonstrasikan materi; (3) guru membimbing murid dalam pelatihan; (4) guru memberikan umpan balik; serta (5) pelatihan mandiri. 


Saturday, 6 November 2021

Contoh laporan METABOLISME PADA UNGGAS NUTRISI TERNAK

 

ABSTRAK

 

 Energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya. Energi metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy sesungguhnya/murni. Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh yaitu runtuhan sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak terserap, sisa katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut mengandung energi yang disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung energi yang disebut dengan energi endogen. Energi metabolis yang memperhitungkan energi endogen disebut energi metabolis sesungguhnya (Rarumangkay, 2015)

Kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga keberlangsungan hidup ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (sofjan, 2010). Kebutuhan pakan ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya. (Dourado, 2010)

           Pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam (Zulfanita 2011). PH, udara dan kepadatan kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk mencapai fungsi maksimal, kondisi harus di sesuaikan(Olenwaraju, 2010)

Uji kecernaan di lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak. Uji kecernaan pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross enegi, protein kasar dan kelembapan ( Gianfelicci, 2011). Kandungan protein dan mineral yang tinggi dalam pakan menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam eksreta (Iyappan, 2011).

            Sampel Eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta dilakukan selama empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya secara komposit selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan cara pengovenan dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal (Widodo, 2013)

DAFTAR ISI

 

ABSTRAK.. 2

DAFTAR ISI. 3

KATA PENGANTAR.. 3

BAB I PENDAHULUAN.. 3

1.1.     Latar Belakang. 3

1.2.     Rumusan Masalah. 4

1.3.     Tujuan. 4

BAB II PEMBAHASAN.. 4

BAB III PENUTUP. 4

3.1.     Kesipulan. 4

DAFTAR PUSTAKA.. 4

 


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Metabolisme Ternak Unggas ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 20 Desember 2018 

 

 

Tim penyusun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

 

 

1.1.                        Latar Belakang

Ransum merupakan pakan ternak yang terdiri dari kombinasi berbagai jenis pakan disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak selama dua puluh empat jam. Ransum disusun berdasarkan kebutuhan ternak sesuai dengan tujuan produksi. Imbangan nutrien dalam ransum terutama protein  akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tulang, sementara itu kandungan energi juga sangat penting dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ayam broiler tersebut. Penyusan ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tiap perdiode umur ayam dipenganrhi oleh nilai gizi bahan makanan yang dipergunakan. Sedapat mungkin menggunakan bahan yang mudah diperoleh, harga relatif murah dan kualitasnyamemenuhi syarat.

Indonesia banyak bahan-bahan pakan utama yang digunakan untuk menyusun ransum ayam, diaiitaranya dedak padi, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung onggok dan bahan sampingan lainnya. Protein adalah unsurpokok alat tubuh dan jaringan lunak aneka ternak unggas. Zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan danbagian semua enzim dalam tubuh Imbangan energi dan protein dalam ransum berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam broiler. Pertumbuhan penting untuk produksi daging yang merupakan hasil utama pada ayam broiler. Ayam broilermemiliki kebutuhan sesuai dengan fase pertumbuhannya. Kandungan energi yang sesuai dengan kebutuhan nutrien ayambroiler fase finisher akan menghasilkan produksi yang optimal, sejalan dengan kandungan protein. Kandungan protein harus sesuai dengan kebutuhan akan protein dalam ransum yang dikonsumsi. Asupan protein dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kandungan energi yang terdapat didalamnya.

Pengukuran kandungan energi secara langsung pada ayam bertujuan untuk mengetahui nilai energi metabolis bahan pakan ayam dengan tepat sebelum menyusun ransum jadi, sehingga kandungan EM pada jenis ransum yang akan dikonsumsi ayam dapat terpenuhi mentuut standar kebutuhan. Energi termetabolis (ME) energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin. Energi urin adalah energi kotor dari urin. Energi urin ini berasal dari zat-zat makanan yang telah diabsorpsi tetapi tidak mengalami oksidasi sempurna dan bahan endogenous yang terdapat dalam urine.

 

 

1.2.                        Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan EM (Energi Metabolis) pada ayam  pedaging (broiler) ?

2.      Bagaimana cara menentukan EM pada ayam pedaging (broiler) ?

3.      Bagaimana pengaruh pakan test dan basal terhadap EM pada ayam pedaging (broiler)?

 

1.3.                        Tujuan

1.      Untuk mengetahui EM (Energi Metabolis) pada ayam  pedaging  (broiler).

2.      Dapat menyusun EM pada ayam pedaging (broiler)

3.      Untuk mengetahui pengaruh pakan test dan basal terhadap ekskreta pada ayam  pedaging (broiler) 

 


 

BAB II PEMBAHASAN

 

            Berdasarkan pengamatan kami selama praktikum diperoleh bahwa dalam mengukur suatu kecernaan pakan pada ternak unggas dapat ditentukan dengan melihat kandungan protein dalam suatu bahan pakan yang sebagian dapat tercerna oleh ternak tersebut. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan Co Faktor unutuk membantu proses metabolisme protein yaitu bisa didapat dari vitamin dan mineral terutama vitamin B12 sebagai Co Faktor. Sehingga bila metabolisme protein maksimal, maka pertambahan bobot badan pada ternak tersebut signifikan. Pernyataan ini didukung oleh (Situmorang, 2013) yang menyatakan bahwa efisiensi penggunaan protein merupakan salah satu metode untuk menguji kualitas protein suatu bahan pakan yang dinyatakan sebagai perbandingan pertambahan bobot badan dengan konsumsi protein. Makin besar efisiensi penggunaan protein, menunjukkan makin efisien seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertambahan bobot badan. Kandungan mineral dan vitamin yang lengkap dan cukup tinggi dari tepung rumput laut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Mineral dan vitamin merupakan co-enzym pada proses metabolisme protein. Kecernaan bahan makanan yang tinggi menunjukkan sebagian besar dari zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh ternak.

Dalam suatu manajemen pemberian pakan diperoleh teori bahwa untuk memberikan pakan maka ternak unggas pada setiap fase harus bisa beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan sekitarnya karena hal tersebut dapat mempengaruhi sistem pencernaanya yang dapat berakibat tidak mampunya ternak untuk melakukan mencerna pakan secara maksimal. Maka dibutuhkan energi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan asupan pakan pada ternak. Hal tersebut digagas oleh (Korver, 2010) bahwa selama beberapa minggu pertama kehidupan, ayam starter tidak mampu mengatur asupan energi sesuai dengan konsentrasi energi dari pakan. Dibutuhkan beberapa minggu untuk mengembangkan saluran pencernaan. Selama 8-10 minggu awal , setiap peningkatan tingkat energi disertai dengan peningkatan pertumbuhan. Ketika diberi pakan dalam bentuk remah, ayam starter mampu meningkatkan asupan pakan mereka.

Kandungan suatu bahan pakan harus mencukupi sesuai kebutuhan hidup pokok ternak yang dapat memberikan efek pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Jika sebaliknya maka proses pertumbuhannya dapat terganggu. Begitu pula produksi yang kurang maksimal. Pernyataan tersebut sesuai denagn penelitian (sofjan, 2010) bahwa kebutuhan pakan merupakan hal penting untuk menjaga keberlangsungan hidup ternak. pakan yang disediakan harus dapat menyediakan kebutuhan gizi cukup untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi.Kebutuhan pakan ternak dapat di ketahui dari pertumbuhan bulu, dan jumlah eksreta nya.

Untuk mengetahui kebutuhan protein pada ternak unggas telah terpenuhi maka dalam hal ini dapat dilakukan uji kecernaaan dengan cara mengoleksi ekskreta yang kemudian dilakukan uji gross energi untuk mengetahui kadar nitrogen. Semakin besar kandungan nitrogen pada ekskreta, maka kebutuhan protein pada ternak telah tercukupi. Hal serupa dijelaskan oleh ( Gianfelicci, 2011) dan (Iyappan, 2011) bahwa uji kecernaan di lakukan untuk mengetahui berapa pakan yang di cerna oleh ternak. Uji kecernaan pakan dan koleksi eksreta bertujuan untuk menganalisa gross enegi, protein kasar dan kelembapan Kandungan protein dan mineral yang tinggi dalam pakan menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dalam eksreta.

Secara umum hal penting yang perlu diketahui adalah mengenai manajemen pemeliharaan pada ternak yang harus dikuasai oleh peternak meliputi manajemen pemberian pakan, sistem sanitas serta ukuran dan kepadatan kandang. Hal tersebut dapat mempengaruhi sirkulasi udara dan metabolisme pada masing-masing individu ternak. Penyataan ini sesuai pula dengan (Zulfanita 2011) dan (Olenwaraju, 2010) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam PH, udara dan kepadatan kandang memengaruhi dalam metabolisme ternak. Untuk mencapai fungsi maksimal, kondisi harus di sesuaikan.

Sesuai dengan praktikum yang dilakukan bahwa prosedur untuk mengetahui kadar protein yang telah dicerna yaitu dengan mengumpulkan ekskteta kemudian dikeringkan dan di ambil sampel yang akan dianalisis di laboratorium. Hal tersebut sesuai dengan (Widodo, 2013) mengungkapkan bahwa sampel eksreta segar ditimbang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengetahui berat kering udara. Penampungan ekskreta dilakukan selama empat hari. Ekskreta yang telah kering diambil sampelnya secara komposit selanjutnya dilakukan analisisuntuk mengetahui kadar BK dengan cara pengovenan dan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldhal.

Energi metabolis sesungguhnya diperoleh dari kandungan energi pada suatu bahan pakan yang telah tercerna dan diserap oleh usus. Kemudian sisa energiyang tidak terserap akan diekskresikan melalui urin. Sisa energi itulah yang disebut tingkat kecernaan suatu energi pada ternak. Hal ini sesuai dengan (Rarumangkay, 2015) bahwa energi metabolisme juga di ukur untuk mengetahui kecernaannya. Energi metabolis dibagi dua yaitu energi metabolis semu dan energy sesungguhnya/murni. Energi metabolis semu adalah energi bruto dikurangi energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari energy bahan pakan dan dari dalam tubuh yaitu runtuhan sel-sel epithel usus, getah pencernaan, sisa empedu yang tidak terserap, sisa katabolisme tubuh dan energy urine. Bahan-bahan tersebut mengandung energi yang disebut dengan energi urine. Bahan-bahan ini mengandung energi yang disebut dengan energi endogen. Energi metabolis yang memperhitungkan energi endogen disebut energi metabolis sesungguhnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III PENUTUP

 

3.1.   Kesimpulan

1.      Ayam broiler adalah ayam yang efisien dalam menghasilkan daging, karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging. Ayam pedaging di Indonesia umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan berat antara 1,7- 2,0 kg. Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode finisher dengan umur lebih dari 3 minggu.

2.      Energi metabolis (ME) merupakan energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin.

3.      Ekskreta merupakan bahan campuran hasil ekskresi tubuh yang berasal daripakan tidak tercerna dalam saluran pencernaan ditambah sisa hasil metabolisme. Jumlah dan komposisi ekskreta yang diproduksi berbeda-beda tergantung jenis unggas, bobot badan, waktu pengambilan ekskreta, jenis dan jumlah pakan, dan cuaca. Koleksi   ekskreta dilakukan selama 7 hari dengan pemberian pakan 2 kali sehari.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://hardianti-jamaluddin.blogspot.com/2015/08/metabolisme-pada-unggas.html